REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Wisnu Cahyo Purnomo, pencipta mobil lipat mengisahkan ide pembuatan mobil lipat berawal dari keprihatinan akan lahan parkir. Karenanya, ia memutar otak untuk menciptakan mobil yang lebih pendek.
Namun, jika mobil tersebut ukurannya pendek, hanya bisa memuat seorang saja. Karenanya siswa kelas XII SMA Muhammadiyah I Yogyakarta itu berfikir untuk membuat mobil lipat.
Bekerjasama dengan sebuah bengkel las di Yogyakarta, Wisnu kemudian mengumpulkan beberapa potong besi untuk di buat desain mobil lipat. Ia yang menggambar desain mobil tersebut dengan mengamati terlebih dahulu bagian-bagian mobil.
Besi-besi tua bekas berbagai peralatan rumah tangga kemudian di las disulap mengikuti desain gambar pemuda kelahiran 24 Juni 1994 ini.
Putra keempat pasangan Ngadimin dan Kasiyem ini mengambil bagian mesin dan gardan mobil sebuah 'pick-up' tua dari sebuah bengkel untuk memberikan tenaga pada mobil ciptaannya. Mobil lipat milik Wisnu ini kalau dipanjangkan mencapai 220 sentimeter. Namun, jika dilipat mobil tersebut hanya memiliki panjang 180 sentimeter saja.
Lipatan mobil dilakukan di bagian tengah antara bagian kemudi dengan mesin. Di antara kedua bagian ini dihubungkan dengan sebuah besi besar yang bisa dilipat. Wisnu menaruh terpal berlipat yang diberikan ritsleting agar terpal tersebut bisa digulung saat mobil dilipat.
Namun saat mobil dipanjangkan terpal dan besi penghubung bisa dilipat hingga bagian kemudi dan mesin menyatu. "Saya masih melakukan perbaikan dan penyempurnaan mobil ini," katanya saat ditemui di sela-sela gebyar Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2013 di halaman Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dikpora) DIY, Selasa (30/4).
Menurutnya, mobil tersebut maksimal bisa memuat tiga penumpang termasuk pengemudi. Namun, desain tersebut masih akan terus diperbaikinya. Meskipun biaya penelitian untuk pembuatan mobil lipat ini cukup mahal mencapai Rp 18 juta.
Tapi hal tersebut tak menyurutkan langkah Wisnu. Meski senang dunia otomotif namun, Wisnu berkeinginan melanjutkan kuliah ke jurusan Perencanaan Tata Kota. Ia sudah mendaftar ke UGM melalui jalur SNMPTN, namun belum ada pengumuman.
Pembimbing penelitian siswa SMA dari Dikpora DIY, Zainal Abidin mengatakan. Sejak 2009 hingga 2012 siswa SMA di DIY selalu menjadi juara umum di ajang OPSI. Pada 2009 lalu siswa SMA DIY berhasil memperoleh dua emas, satu perak dan satu perunggu. Sedangkan pada 2010 lalu memperoleh dua emas, satu perak, dan satu perunggu, tahun 2011 memperoleh dua emas, satu perak dan empat perunggu serta dua penghargaan terbaik.
Pada 2012 lalu siswa DIY memperoleh dua emas, empat perak dan satu perunggu serta empat penghargaan terbaik. "Kita selalu optimis bisa mempertahankan predikat juara umum di ajang ini pada 2013 ini," ujarnya.