REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat ekonomi migas Darmawan Prasodjo menegaskan ada alasan tertentu mengapa industri migas nasional ketinggalan jauh dibanding Malaysia. Orientasi yang hanya berujung pada profit, menjadi alasan mengapa Pertamina belum sebesar Petronas.
Menurutnya, Malaysia mendirikan Petronas dengan orientasi pada pertumbuhan dan perkembangan industri migas. "Malaysia membuat industri migasnya to add value to Malaysia petroleum industry," ujar Darmawan, Selasa (30/4).
Alhasil terdapat dana besar yang dikeluarkan untuk investasi. Petronas pun tak segan mengucurkan 70 persen dana profit dengan belanja modal hingga 91 miliar dolar AS untuk mengembangkan bisnis migas perusahaan.
"Ini berbeda dengan Pertamina," ujarnya. Pertamina hanya menginvestasikan 10 persen profit untuk bisnis perusahaan dengan nilai mencapai 10 miliar dolar AS.
Karena Pertamina masih dianggap sebagai penunjang pendapatan negara dengan komposisi besar. "Akhirnya Pertamina kekurangan capital kronis dan manajemen tidak punya ruang untuk respon dinamikan dan peluang pasar," tuturnya.