Selasa 30 Apr 2013 14:01 WIB
Rep: Agung Sasongko/ Red: Sadly Rachman
REPUBLIKA.CO.ID, Usai shalat Jumat, suasana masjid Atyaru ramai seketika. Sebagian besar jamaah yang datang merupakan anak muda berusia 30 tahun.
Kebanyakan dari mereka mengenakan celana panjang yang menggantung di atas telapak kaki dan berjenggot panjang. Sepanjang jalan, kamera yang berada di tiang telepon mengawasi gerak-gerik mereka.
Namun, mereka tak peduli. Mereka justru mencoba untuk bersikap biasa kendati rasa emosi tertahan dalam dada. Sejak beberapa tahun silam, Kazakhstan memberlakukan kebijakan pengawasan ketat terhadap umat Islam.
Kendati mengalami perlakuan tidak adil, umat Islam Kazakhstan tidak putus asa dengan kondisi itu. Mereka justru optimis Islam akan bangkit di Kazakhstan. Tanda-tanda Itu terlihat dari antusisme Muslim dalam memakmurkan masjid.
Itu terlihat dari, banyaknya jamaah yang menghadiri shalat Jumat. Yang membahagiakan, jamaah yang datang merupakan generasi muda. Satu dekade lalu, mungkin hanya lima atau enam orang yang menghadiri shalat Jumat. Itupun dari kalangan orang tua.
Azamat Maitanov, editor Majalah Mingguan Aq Zhayik, seperti dikutip Eurasianet.org, mengatakan kondisi yang menimpa Muslim akan menjadi bumerang bagi pemerintah. Alasannya, Muslim Kazakstan sangat mungkin dipengaruhi pergerakan kelompok Muslim di negeri tetangga. Itu karena, negeri tetangga Kazakstan, seperti Irak, Afghanistan, dan Chehcnya tengah mengalami gejolak akibat kebijakan tidak populer dari pemerintah.
Courtesy of Youtube