REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Politisi senior partai harus berperan aktif dalam proses demokratisasi di Indonesia. salah satu caranya dengan mengedepankan kapasitas dan kapabilitas dalam proses regenerasi kepemimpinan.
"Harus ada sikap legowo dari politisi senior mengakhiri politik dinasti," kata pengamat politik Hanta Yudha ketika dihubungi Republika, Selasa (30/4).
Hanta mengatakan, politik dinasti terjadi karena rapuhnya sistem kaderisasi di internal partai politik. Kondisi ini tercipta lantaran kebanyakan politisi senior enggan menerapkan sirkulasi kekuasaan secara transparan. Kekuasaan disirkulasikan dengan basis kedekatan dan kekeluargaan. Bukan kapasitas dan kapabilitas.
Kondisi di atas diperparah dengan sistem politik liberal yang ekstrem. Partai politik dipaksa menjaring suara sebanyak-banyaknya untuk mendapatkan kekuasaan.
Partai akhirnya bersikap pragmatis dengan mengandalkan kekuatan kapital dan popularitas sebagai modal dasar elektoral. "Cara instan-nya adalah merekrut kader yang berasal dari kerabat partai," katanya.
Fenomena politik dinasti menunjukan partai tidak memiliki strategi dan agitasi modern saat menjaring suara. Demokrasi dan meritokrasi politik hanya pemanis bibir para tokoh politik partai. "Politik dinasti membahayakan demokrasi kita," ujarnya.
Hanta mengatakan politisi muda juga mesti meningkatkan kapasitas dan kapabilitas mereka. Jangan hanya menjadi pengekor tokoh senior partai. Harus ada kesadaran dari mereka untuk mendobrak sistem oligarki. "Jangan cuma jadi follower," katanya.
Hanta juga menekankan pentingnya melibatkan partipasi publik dalam proses seleksi kepemimpinan. Menurutnya publik tidak boleh hanya sekadar berperan sebagai pemilih. "Harus ada perubahan sistem seperti menerapkan mekanisme konvensi," ujarnya.