REPUBLIKA.CO.ID, MOGADISHU -- Perserikatan Bangsa-Bangsa akan merelokasi sekitar 80 ribu pengungsi Somalia yang tinggal di Ibu Kota, Mogadishu.
Menurut Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), diperkirakan 200 ribu sampai 360 ribu orang yang melarikan diri di negara itu. Saat ini, mereka tinggal di lebih dari 500 kamp yang penuh sesak.
Pada pertengahan 2011, Somalia berjuang dari kekeringan mematikan yang diklaim menewaskan ribuan orang. Jutaan warga mengungsi di dalam dan luar negeri.
Sementara itu, laporan PBB juga mengutip pelanggaran seperti diskriminasi, pelecehan seksual, serangan fisik, pembatasan pergerakan dan akses terhadap air dan makanan di negara Afrika tersebut. Laporan terbaru menunjukkan 26 ribu orang kehilangan nyawa di Somalia selama wabah kelaparan pada 2011. Setengah dari yang tewas merupakan anak-anak.
Dilaporkan PressTV, Somalia merupakan salah satu negara dengan pengungsi tertinggi di dunia. Somalia tidak memiliki pemerintahan pusat yang efektif sejak 1991, ketika panglima perang menggulingkan mantan diktator, Mohamed Siad Barre.
Pemerintah transisi lemah yang didukung Barat di Mogadishu, memerangi oposisi dalam lima tahun terakhir. Mereka dibantu 10 ribu pasukan Uni Eropa dari Uganda, Burundi, Kenya, dan Djibouti.