Kamis 02 May 2013 18:22 WIB

Akidah Benteng Penangkal Dukun

Rep: rosita budi suryaningsih/ Red: Heri Ruslan
Dukun Santet
Foto: Google
Dukun Santet

REPUBLIKA.CO.ID, Persaingan yang serbaketat di era globalisasi ini menyeret banyak kalangan terjerumus ke dalam praktik perdukunan. Tak sedikit pedagang, pegawai, artis, pejabat, dan pengusaha datang ke dukun agar usaha dan urusan mereka lancar.

Fenomena itu tentu saja sangat mengkhawatirkan. Secara tegas Islam melarang umatnya datang ke dukun, apalagi mempercayainya.  Berikut petikan wawancara dengan Ketua Umum Ikatan Da'i Indonesia, Prof  Dr KH Ahmad Satori Ismail tentang fenomena maraknya praktik perdukunan di tanah air:

Bagaimanakah pembelajaran akidah yang dilakukan oleh para dai dalam ceramah-ceramahnya?

Banyak pengajian yang dilakukan di berbagai majelis taklim dan juga media elektronik jarang mengambil tema tentang penguatan akidah. Mereka lebih banyak fokus menjelaskan tentang ibadah dan solusi persoalan sehari-hari.

Mengapa hal itu bisa terjadi?

Kebanyakan dai maupun penceramah tak terprogram secara baik dalam berdakwah. Tak terstruktur secara jelas sehingga banyak hal yang terlewatkan dan tak disampaikan kepada umatnya. Salah satunya masalah akidah ini. Banyak dai yang dalam aktivitasnya memberikan dakwah dalam pengajian hanya bersifat seperti rutinitas. Ini salah karena dai harus punya program dan target tertentu dalam membina umatnya, tentu disesuaikan dengan kondisi masyarakat yang sedang dibinanya. Masalah akidah ini harus masuk dalam target para dai.

Apakah pembelajaran tentang hukum mendatangi dukun ini sudah banyak dipahami umat Islam di Indonesia?

Banyak umat yang tidak tahu tentang hukum mendatangi para dukun ini. Mereka tak tahu bahwa sekali ada niat mendatangi dukun, maka selama 40 hari ibadahnya tidak diterima oleh Sang Khalik. Jika mendatangi dukun masih saja berlanjut, akan berakibat pada syirik dan hukumannya adalah api neraka. Hukuman mendatangi dukun seperti ini banyak tak dipahami oleh masyarakat. Jika akidah umat tidak kuat, mereka pun akan mendatangi para dukun seperti yang sedang marak terjadi saat ini.

Bagaimana cara mengetahui seorang guru spiritual itu dukun atau bukan?

Jika pihak yang diteladani tersebut melarang atau mengurangi jumlah ibadah, baik dalam bentuk shalat, puasa, maupun sedekah, itu berarti pihak tersebut merupakan jalan yang sesat, yang tidak disukai oleh Allah. Untuk itu, sebuah pekerjaan besar bagi seluruh dai di seluruh negeri ini adalah memperbanyak proporsi tentang akidah dalam pengajiannya untuk menjelaskan pula tentang bahaya syirik.

Bagaimana cara memberikan dakwah tentang akidah, tapi mudah dipahami umat?

Terkadang, masyarakat tak cepat paham dengan penjelasan para dai tentang akidah, yang terlihat seperti pemahaman yang abstrak dan berbeda dengan penjelasan praktis, seperti dalam memberikan dakwah tentang ibadah. Namun, dengan adanya hambatan tersebut, bukan berarti para dai kemudian boleh menyerah. Mereka harus mencari cara bagaimana pembelajaran akidah ini sampai di hati umatnya.

Sebagai contoh, dalam menjelaskan makna yang terkandung dalam kalimah La Ilaha Illallah. Kalimat suci tersebut dikupas maknanya secara sederhana, kemudian diberikan contoh yang nyata dalam kehidupan sehingga umat bisa mengerti betapa akidah itu penting bagi dirinya. Pembinaan pada umat Islam harus selalu dilakukan dan kontinu.

Selain menjelaskan tentang bagaimana beribadah yang benar, pekerjaan rumah yang besar bagi para dai tersebut adalah untuk menjelaskan kepada umatnya mengenai akidah. Setelah dijelaskan, kemudian dibina agar akidah umat semakin tebal dan tidak tergoda oleh bujukan jalan pintas yang ditawarkan oleh para dukun.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement