REPUBLIKA.CO.ID, Terduga jaringan teroris yang dibekuk Densus 88 Anriteror Mabes Polri dikenal jarang bersosialisasi dengan warga sekitar. Bahkan menurut penuturan seorang warga Deni Nara (26 tahun), kontrakan yang berada di jalan Bangka 2F itu kerap menjadi tempat berkumpul.
Terduga teroris diketahui baru saja mengontrak dua bulan di rumah yang beralamat di RT 02/RW 13, Pela Mampang, Mampang Prapatan itu. Sejak itu, tutur Deni Nara, pengontrak jarang bersosialisasi dengan warga. Selain itu karyawan penjaga depot air isi ulang pun berganti-ganti.
"Nggak pernah tetap, kadang dua hari yang itu, kadang beda lagi," ucap dia. Deni Nara menjelaskan
rumah tersebut sering dijadikan tempat berkumpul. Ia sering melihat motor bergerombol masuk dan parkir di depan rumah itu.
Sebelumnya, Ketua RT 02, Pela Mampang, Mampang Prapatan, Heru Bambang, menyatakan sebelum penangkapan terhadap warganyan diduga jaringan teroris, di Jalan Bangka 2 F, Densus 88 Antiteror Mabes Polri mendatangi rumahnya untuk meminta izin.
Ia menjelaskan sekitar dua bulan lalu, seorang pria dengan nama yang tertera di KTP bernama Julisman mengatakan ingin mengontrak di rumah lokasi penggerebakan. Julisman sendiri adalah warga Gang Kembang, RT 7 / RW 7, Kebayoran Utara Jakarta Selatan.
Pria kelahiran 31 juli 1985 ini memiliki depot air isi ulang di depan rumah. Sementara itu, ia juga memiliki seorang karyawan bernama Zaenal Abidin, kelahiran Jakarta 15 april 1975, beralamat di Jl Bangka VIII, Pela Mampang, Jakarta Selatan.
"Sepertinya yang di tangkap wajahnya sama seperti di KTP (Julisman)," ucap dia kepada Republika, Jumat (3/5) dini hari.
Beberapa barang bukti tersebut berupa pipa dan cairan kimia. lima rangkaian bom tersebut aktif atau siap diledakkan. Penggerebakan pertama kali dilakukan Densus di Benhil, Jakarta Pusat. Setelah itu sekitar pukul 22.00 WIB, Densus menggerebek di Jalan Bangka, Mampang, Jakarta Selatan.
Ikuti Whatsapp Channel Republika