Jumat 03 May 2013 07:57 WIB

Hamas Tangkap Sejumlah Militan Salafist, Mengapa?

 Perayaan anggota polisi Hamas yang baru diwisuda sebagai pasukan keamanan Palestina di kota Gaza,Senin (17/12).  (Reuters/Suhaib Salem)
Perayaan anggota polisi Hamas yang baru diwisuda sebagai pasukan keamanan Palestina di kota Gaza,Senin (17/12). (Reuters/Suhaib Salem)

REPUBLIKA.CO.ID, KOTA GAZA -- Kelompok Hamas yang menguasai Jalur Gaza menangkap sejumlah militan Salafist, kata kementerian dalam negeri gerakan Palestina itu, Kamis, dua hari setelah Israel melancarkan serangan udara ke wilayah itu.

"Aparat keamanan dalam negeri menangkap orang-orang fanatik yang menyebut diri mereka Salafist karena alasan keamanan dan kriminal. Tidak ada orang yang ditangkap karena alasan ideologi atau politik," kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan.

"Empat dari mereka yang ditangkap ditahan atas tuduhan mencuri roket milik Hamas, dan dua orang lain karena melakukan peledakan yang menimbulkan kerugian materiil dan korban," tambah pernyataan itu, tanpa menyebutkan jumlah orang yang ditangkap.

Kelompok Salafist Dewan Syura Mujahidin (MSC), yang salah seorang anggotanya tewas dalam serangan udara Israel ke Kota Gaza pada Selasa, mengatakan, orang-orang itu ditahan karena alasan ideologi.

Salafist di Gaza, yang dianggap berhaluan lebih keras daripada Hamas, menentang Hamas karena caranya menghadapi Israel dan praktik pemerintahan Islam, sehingga gerakan itu menumpas kegiatan militan mereka.

MSC membantah tegas bahwa mereka mencuri roket.

Selasa, Israel menyerang Haitham al-Mishal ketika militan Salafist itu naik sepeda-motor di Kota Gaza bagian barat.

Menurut Israel, Mishal terlibat dalam serangan roket pada 17 April dari Semenanjung Sinai Mesir dekat Gaza, yang menghantam kota pesisir Laut Merah Israel, Eilat, namun tidak ada korban.

MSC mengklaim sejumlah serangan roket selama beberapa bulan ini, kecuali serangan pada 17 April yang diluncurkan dari Jalur Gaza.

Gerakan Hamas yang menguasai Jalur Gaza telah berupaya melakukan penertiban terhadap kelompok-kelompok Salafist bersenjata, yang mendukung garis keras dan sering berusaha menembakkan roket ke Israel dalam pembangkangan atas gencatan senjata de fakto Palestina.

Israel dan kelompok pejuang Hamas yang menguasai Jalur Gaza terlibat dalam perang delapan hari pada November yang menewaskan 177 orang Palestina, termasuk lebih dari 100 warga sipil, serta enam orang Israel -- empat warga sipil dan dua prajurit.

Kekerasan itu meletus pada 14 November, dengan pembunuhan komandan militer Hamas Ahmed Jaabari oleh Israel.
Selama operasi delapan hari itu, militer Israel menyatakan telah menghantam lebih dari 1.500 sasaran, sementara pejuang Gaza menembakkan 1.354 roket ke Israel, 421 diantaranya disergap oleh sistem anti-rudal Iron Dome.

Perjanjian gencatan senjata Hamas-Israel dicapai Rabu (21/11), sehari setelah diplomasi bolak-balik yang dilakukan oleh Menteri Luar Negeri AS Hillary dan Sekretaris Jendral PBB Ban Ki-moon -- yang tercoreng oleh kekerasan lintas batas yang semakin mematikan antara Israel dan para pejuang di Gaza.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement