REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT MRT Jakarta baru saja melakukan soft launching Mass Rapid Transit (MRT) yang disebut-sebut akan mengurangi kemacetan di ibu kota. Namun, MRT dinilai bukan menjadi satu-satunya solusi untuk kemacetan di Jakarta.
Pakar transportasi dari National University of Singapura, Paul Barter mengatakan, di negara maju lainnya seperti Singapura, Perancis, dan Inggris yang telah memiliki MRT yang baik, tetap terjadi kemacetan. "MRT bukan satu-satunya solusi," katanya usai menjadi narasumber dalam diskusi Menata Parkir On Street di Hotel Menara Peninsula, Jumat (3/5).
Menurut Paul, MRT tidak akan mengurangi kemacetan di ibu kota jika tidak didukung dengan sistem transportasi yang saling terintegrasi. Karena itu, menurut dia, selain MRT, Jakarta tetap membutuhkan alternatif transportasi lain seperti bus Transjakarta. Tapi, kata dia, selain menambah jumlah armada bus, jalur khusus Transjakarta pun harus streril dari kendaraan lain.
Dia juga mengatakan, masyarakat Jakarta jangan berharap tidak ada kemacetan. "Tetapi, berharaplah untuk memiliki solusi alternatif transportasi umum yang baik," katanya.