REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA – Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta bekerjasama dengan Universitas Islam Madinah, Arab Saudi akan menggelar dialog antar agama internasional.
Dialog bertema 'Dialog antar agama dan kebudayaan untuk kemanusiaan dan perdamaian dunia' ini akan diikuti perwakilan agama-agama yang ada di dunia.
Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, Edy Suandi Hamid, Sabtu (4/5), mengatakan, tema ini diangkat karena saat ini agama belum menjadi pemecah konflik yang muncul di masyarakat, namun justru menjadi bagian dari konflik. Dialog yang akan diikuti sekitar 300 orang ini digelar di Jakarta, Selasa (4/6) mendatang.
Dijelaskan Edy, seiring dengan derasnya arus globalisasi, telah muncul berbagai persoalan. Di samping janji surga globalisasi, juga muncul berbagai isu kemanusiaan yang harus dicari solusinya, seperti demokratisasi, kebebasan pers, hak azasi manusia, lingkungan hidup dan pruralitas. "Isu tersebut sering tidak menjadi isu utama bagi agama atau bahkan antar agama," kata Edy.
Agama, lanjut Edy, justru disibukkan isu-isu kristenisasi, Islamisasi, pembangunan rumah ibadat, pendidikan agama, pelecehan agama dan sebagainya. "Seharusnya, agama lebih menjadikan isu-isu kemanusiaan dan perdamaian sebagai isu utamanya," ujar Edy.
Salah satu isu yang mengemuka dan sering berakhir dengan timbulnya persoalan di era globalisasi adalah pluralitas. Globalisasi mempercepat kesadaran umum tentang pluralitas dalam berbagai bentuk.
Sebagai efek samping dari komunikasi internasional, perdagangan, politik, dan mobilitas manusia, orang menyadari keberadaan berbagai pandangan dunia. Perubahan perspektif tersebut juga memberikan tantangan terhadap status organisasi keagamaan. Bahkan, tradisi yang melegitimasi keagamaan suatu wilayah yang homogen ditantang oleh globalisasi.
"Jika mengaca kasus konflik Ambon, Semenanjung Balkan, Irlandia Utara dan berbagai belahan dunia lainnya, kalangan skeptis memandang agama tidak bisa berbuat apa-apa terhadap konflik tersebut. Agama justru menjadi bagian konflik. Karena itu, dialog antar agama untuk menciptakan pluralitas sudah mendesak,” katanya menjelaskan.