REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Pemerintah koalisi Malaysia memperpanjang masa pemerintahan yang telah berlangsung 56 tahun. Meski menang, Barisan Nasional mencatat hasil terburuk sepanjang pertarungan politik melawan oposisi.
Bahkan, Malaysia kemungkinan akan jatuh ke dalam perpecahan rasial. Khususnya komentar Perdana Menteri Najib Razak yang mengatakan kejatuhan BN karena Tsunami keturunan Cina.
Najib pada pemilu kali ini mendapat tekanan kuat karena angka kemenangan BN dibawah hasil Pemilu Raya 2008. Apalagi selama ini BN telah berupaya melakukan berbagai perubahan dan mengeluarkan 2,6 miliar dolar AS untuk bantuan langsung tunai rakyat miskin.
Pemilu ke-13 kali ini, BN hanya mengumpulkan 133 suara dari sebelumnya 140 di 2008. Sementara itu oposisi mendapat 89 suara dibanding pemilu 2008 sebanyak 82 suara.
Usai Pemilu, Pasar Saham Kuala Lumpur bisa merangkak naik di hari senin (6/5) terdorong oleh kegagalan oposisi mengambil kekuasaan. Namun optimisme kenaikan saham bisa tak terjadi karena lemahnya kekuasaan Pemerintah. Ringgit Malaysia juga melonjak ke level tertinggi sepanjang 10 bulan terakhir pada senin pagi.
Sementara itu, BN yang rata-rata beretnis melayu semakin solid setelah etnis Cina beralih ke oposisi setelah sebelumnya selalu mendukung Barisan Nasional. Etnis Cina umumnya berharap koalisi mampu menghapus korupsi dan mengakhiri kebijakan berbasis ras dengan mementingkan melayu di bisnis, pendidikan dan perumahan.
Najib dalam konferensi pers berjanji akan menjalankan kebijakan yang akomodatif dan moderat kepada seluruh rakyat. Namun secara eksplisit Najib menyatakan mereka sama sekali tak didukung etnis Cina Malaysia.