Senin 06 May 2013 14:13 WIB

Dituduh Teroris, Seorang Sopir Taksi Muslim Dipukuli

Rep: Agung Sasongko / Red: Citra Listya Rini
Salah satu dari dua lokasi ledakan di Boylston Street dekat garis finis Maraton Boston 2013 yang digelar Senin (15/4/2013) sedang dinvestigasi dan dijaga oleh polisi.
Foto: AP PHOTO
Salah satu dari dua lokasi ledakan di Boylston Street dekat garis finis Maraton Boston 2013 yang digelar Senin (15/4/2013) sedang dinvestigasi dan dijaga oleh polisi.

REPUBLIKA.CO.ID, BOSTON -- Seorang veteran perang Irak yang kini menjadi sopir taksi mendapar serangan dari penumpangnya. Oleh penumpangnya, veteran yang diketahui bernama Mohammed Salim ini dituduh pelaku teroris.

Insiden ini bermula ketika korban, Salim menaikkan seorang penumpang di Country Club, Virginia Utara. Lalu, penumpang itu menuduhnya sebagai teroris karena ia seorang Muslim. 

"Jika anda seorang Muslim ada akan berjihad," kata penumpang itu dalam video yang diambil Salim. Penumpang itu mengatakan Alquran mengarahkan umat Islam membunuh orang. 

Menurut penumpang itu, Salim merupakan orang yang terlibat serangan 11 September 2001. "Anda seburuk mereka," kata penumpang itu.

Serangan terhadap Salim dinilai ada efek negatif dari tragedi bom. Serangan ini sangat mungkin menjadi tren. Gadeir Abbas, Tim Adovokasi Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR) menilai meningkatnya retorika anti-Islam bisa dirasakan sejak tragedi Bom Boston tidak terelakan. 

"Perkembangan yang terjadi saat ini terlihat perubahan sikap dari rasa benci menjadi kekerasan," kata dia seperti dikutip onislam, Senin (6/5).

Pembunuhan Salim merupakan insiden pertama. Sebelum itu terjadi serangan terhadap Muslim di New York dan Massachuseetts. Di Malden, seorang ibu dari kelurga imigran diserang dan dimaki seorang pria kulit putih. 

Seorang pria Banglades dipukuli oleh pria kulit putih di New York City. Tak hanya serangan fisik, media massa AS dan aktivis serta politisi sayap kanan mengambil momentum yang pas untuk kembali menekan Muslim. 

Anggota Partai Republik Steve King berkoar di media. Ia meminta kajian ulang kebijakan imigrasi guna melawan terorisme. Ia juga menuduh komunitas Muslim melakukan pelatihan militer di Meksiko guna mendapatkan pengetahuan bagaimana membunuh warga AS. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement