REPUBLIKA.CO.ID, JERUSALEM -- Bank Sentral Israel atau Bank of Israel (BoI) pada Senin (6/5) waktu setempat kembali melakukan intervensi di pasar uang untuk keempat kalinya dalam sebulan dengan membeli 50 juta dolar AS. Langkah ini dilakukan untuk meningkatkan nilai dolar AS, demikian laporan yang disampaikan media Israel.
Intervensi tersebut dilakukan karena nilai dolar AS semakin menurun dalam beberapa bulan terakhir sementara shekel telah menguat. Pada Senin (6/5), nilai tukar dolar AS bernilai 3,567 shekel, menandai kenaikan 0,6 persen dari rasio 1:3,553 pada Jumat (3/5) lalu. Penguatan shekel mejadi sangat problematik sejauh daya saing pasar eksportir Israel memprihatinkan.
Perusahaan perantara mata uang FXCM mengatakan bahwa shekel dapat melemah karena ketegangan antara Israel, Suriah dan Libanon menyusul dugaan serangan rudal Israel ke dekat Damaskus. "Investor tidak menyukai ketidakstabilan," kata seorang pedagang yang tidak disebutkan namanya kepada harian ekonomi Globes.
"Jika ketegangan terus bertahan, shekel dapat terpukul dan investor akan lebih memilih untuk berinvestasi dalam dolar AS yang aman. Di sisi lain, jika berbagai hal di wilayah tersebut menenangkan, pasar mungkin lega dan shekel dapat mulai naik kembali," tambah pedagang tersebut.
Pada Ahad (5/5), kabinet Israel menyetujui tawaran yang diusulkan oleh Menteri Keuangan Yair Lapid untuk menaikkan target defisit anggaran 2013-2014. Target baru akan berdiri di 4,65 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), suatu jumlah yang diperkirakan 47 miliar shekel (13,2 miliar dolar AS).