REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Virus flu burung H7N9 kembali memakan korban di Cina. Empat orang di Negeri Panda itu dikabarkan meninggal dunia, Selasa (7/5), sehingga jumlah korban tewas di Cina menjadi 31 orang.
Reuters melaporkan, jumlah infeksi akibat turunan baru flu burung itu meningkat dua kali lipat mencapai 129. Di antara korban tewas, dua terjadi di provinsi timur Jiangsu, salah satunya dari Zhejiang timur, sedangkan yang lain adalah dari provinsi tengah Anhui.
Sayangnya, Pemerintah Cina tidak memberikan rincian lebih lanjut mengenai para korban. Pihak berwenang kesehatan Cina mengatakan dua infeksi baru dilaporkan di provinsi pesisir timur Fujian. Virus, yang sebagian besar terkonsentrasi di wilayah sekitar ibu kota komersial Shanghai, menyebar ke Fujian pada akhir April.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang berbasis di Jenewa mengatakan pihaknya tidak memiliki bukti bahwa turunan baru flu burung, yang pertama terdeteksi pada pasien di China pada Maret, mudah menular di kalangan manusia.
Para ilmuwan Cina telah menegaskan bahwa H7N9 telah ditularkan ke manusia dari ayam. Namun, WHO mengatakan 40 persen orang yang terinfeksi H7N9 tampaknya tidak memiliki kontak dengan unggas.
Kepala Pusat Pengawasan dan Pencegahan Penyakit AS mengatakan, strain flu burung saat ini tidak bisa memicu pandemi dalam bentuk yang sekarang. Namn, ia menyatakan tidak ada jaminan virus tidak akan bermutasi dan menyebabkan pandemi yang serius.