REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyekapan 34 buruh yang terjadi di pabrik kuali yang berlokasi di Kampung Bayur Opak, Desa Lebak Wangi, Kabupaten Tangerang, mengundang reaksi Direktur Eksekutif Lingkar Madani Untuk Indonesia (LIMA), Ray Rangkuti.
Mantan aktivis '98 tersebut menegaskan kepada pemerintah, penyekapan 34 buruh membuat rasa malu yang besar bagi pemerintah. Ini tidak bisa dianggap sebagai semata persoalan buruh saja. ''Ini tragedi kemanusiaan,'' katanya, Rabu (8/5)
Ray menjelaskan, perlakuan semena-mena masih diterima oleh masyarakat biasa, sekali pun banyak perangkat UU dan pengawasan penegakan HAM. Ini sebuah ironi, kata dia, dan penindasan tidak dapat dicegah oleh pemerintah.
Menurut Ray, dalam negara beradab, mestinya ada satu atau dua pejabat yang berwenang menyatakan diri untuk mundur akibat ketidakbecusan dalam mengantisipasi kejadian ini. Entah itu di level kabupaten, provinsi, atau nasional. Selain itu, Kasus penyekapan buruh tidak dapat dilihat sebagai semata-mata hanya hubungan industrial. Tapi sudah masuk ke wilayah kemanusiaan. ''Yakni penghilangan kebebasan, ketenangan, hak untuk hidup aman,'' katanya.
Namun, cara pandang pemerintah melihat hal ini sebagai semata persoalan kriminal semata. Ray melanjutkan, dengan jumlah korban yang begitu besar, dan berlangsung dalam waktu yang cukup lama, sulit memahami urat nadi rasa malu dan bersalah pemerintah yang tidak muncul. ''Padahal ini bukan soal kriminalitas semata. Ini sikap memalukan bagi bangsa yang beradab,'' katanya