REPUBLIKA.CO.ID, Keberadaan umat Islam di Bali menguntungkan bagi daerah pariwisata itu. Karena secara tidak langsung umat Islam bisa menjadi jembatan dalam mengundang wisatawan dari berbagai daerah di Indonesia.
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bali, HM Taufik Asadi, mengemukakan sekurangnya ada 30 paguyuban nusantara di Bali dan sebagian besar beragama Islam. Mereka bisa mengundang dan memperkenalkan Bali kepada karib kerabat di daerah asalnya. "Ini cara promosi yang sangat efektif untuk mendatangkan wisatawan ke Bali," kata Taufik, Rabu (8/5) malam.
Menurutnya, ada beberapa alasan mengapa Bali patut bersandar pada umat Islam. Pertama secara teologis, umat Islam mengenal doktrin untuk menjaga dan membangun daerah tempat tinggalnya. Kedua, sejarah umat Islam di Bali menunjukkan bahwa umat Islam ikut bahu membahu membela dan mempertahankan daerahnya saat melawan penjajahan Belanda.
Secara kebetulan umat Islam yang masuk ke Bali pada generasi awal sebagai pedagang yang sering kontak dengan dunia luar. "Hubungan bisnis antara Bali dengan dunia luar dilakukan melalui Pelabuhan Teluk Bundar, Desa Loloan, Kabupaten Jembrana," kata Taufik.
Umat Islam di Bali berjumlah sekitar 550.000 orang dari 4,2 juta penduduk. Kebanyakan mereka berprofesi sebagai pedagang, petani, nelayan, dan pekerja bangunan. Kegiatan ekonomi yang dijalani ummat Islam ini, memberikan andil yang cukup besar bagi pembangunan Bali. "Jadi sejak dulu, ummat Islam senantiasa ikut menjaga keamanan dan kemakmuran Bali," kata pensiunan pegawai Departemen Agama itu.
Meningkatnya jumlah ummat Islam di Bali jelas Taufik, juga menambah jumlah lembaga-lembaga keislaman, baik lembaga pendidikan maupun sarana ibadahnya. Ke depan, harap Taufik, lembaga-lembaga itu jangan hanya berkembang secara fisik, tetapi juga lebih berperan dalam pembinaan umat.