REPUBLIKA.CO.ID, Cecillia Mahmuda Canolly besar dan tumbuh dalam lingkungan Katolik Roma. Keraguan Cecillia mulai nampak ketika banyak pertanyaan kritis ditanggapi dingin oleh gereja.
"Aku telah kehilangan iman Kristen karena beberapa alasan. Salah satunya, gereja selalu mengatakan jangan pertanyakan apapun, yang penting adalah memiliki keimanan," kata dia seperti dikutip Arabnews, Sabtu (11/5).
Sejak itu, Cecillia tak lagi mengikuti gereja. Ia hanya mempercaya satu Tuhan. Itu yang selalu terpatri dalam hati dan pikirannya. "Aku pikir, lebih mudah menempatkan satu Tuhan ketimbang tiga. Terlalu banyak misteri, dogma dan ritual," ujar dia.
Dalam pemikiran Cecillia, segala hal yang ada di bumi kaya akan keajaiban. Seperti pohon, bunga, burung dan hewan-hewan. Bahkan bayi yang baru lahir pun begitu indah.
"Bagaimana mungkin bayi yang baru lahir itu sudah dibekali dosa turunan. Saya tidak percaya lagi soal ini, karena semuanya indah," kata Cecillia.
Suatu hari, putri Cecillia membawa buku tentang Islam. Sejak awal memang, ia tak terlalu menanggapi serius masalah itu. Namun, Cecillia merasa ada yang mulai menuntunnya kepada Islam. Pada akhirnya, ia memberanikan diri bertemu Muslim.
Ketika bertemu, Cecillia memaparkan pertanyaan tentang apapun yang terkait dengan Islam dan Muslim. Cecillia memiliki ekspektasi bahwa jawaban yang dia butuhkan sangat panjang. Nyatanya, setiap pertanyaaan yang terlontar dijawab ringkas.
Setelah banyak membaca ajaran Islam, Cecillia pun memutuskan untuk menjadi Muslim. "Anda tahu, apa yang membuatku terkesan. Saya tidak lagi berdoa melalui perantara, saya langsung berkomunikasi dengan Allah. Karena Dialah yang tahu apa yang kita butuhkan," jelasnya.