REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Konvensi capres yang akan digelar Partai Demokrat berpeluang untuk mengakhiri gerontokrasi (kekuasaan yang dipimpin oleh mayoritas kaum tua) di Indonesia.
"Apakah 2014 yang akan datang adalah awal, kelanjutan atau akhir dari gerontokrasi? Jawabannya bergantung pada keberhasilan konvensi capres Partai Demokrat," ujar Jeffrie Geovanie, board of advisor Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Ahad (12/5).
Menurut Jeffrie, hanya pada konvensi capres Partai Demokrat, tersedia ruang yang leluasa dan elegan buat figur-figur muda seperti Gita Wiryawan, Mahfud MD, Dino Patti Jalal, Chairul Tanjung, Irman Guzman, dan Marzuki Alie untuk memperkenalkan dirinya dan menunjukkan kiprah dan kualitas personalnya secara maksimal pada publik pemilih di negeri ini.
"Dominasi nama-nama 4 L (lu lagi lu lagi), akan tergerus dan perlahan dilupakan orang, saat figur-figur muda peserta konvensi capres Partai Demokrat mulai menyita perhatian publik karena aktivitas mereka sebagai peserta konvensi capres partai demokrat," ungkapnya.
Ia meminta agar publik tak cepat pesimis bahwa 2014 akan hanya di isi wajah-wajah 4L. "Jangan-jangan tidak satu pun dari wajah-wajah 4L itu nongol pada Pemilu Capres 2014."
Endang Tirtana, peneliti Maarif Institute for Culture and Humanity, menambahkan, gerontokrasi, yang diadopsi dari bahasa Inggris "gerontocracy" merupakan praktik sejak jaman Yunani kuno yang berarti sebuah kekuasaan yang dipimpin oleh mayoritas kaum tua.
Tidak hanya Yunani, kata Endang, banyak budaya politik di berbagai negara juga menjalankan praktik ini. Dan meski misalnya tokoh tua tidak menjabat secara formal, namun mereka tetap menjadi pengendali kuasa, misalnya di Cina, Iran, Kuba, Rusia dll.
"Tapi banyak fakta sejarah yang membuktikan bahwa bukan tidak mungkin bahwa kepemimpinan bisa diambil oleh anak muda idealis. Negara demokrasi seperti Amerika Serikat misalnya dengan naiknya John F Kennedy (usia 43 th) atau yang lebih muda Theodore Roosevelt (usia 42 th), atau Atifete Jahjaga Presiden perempuan dari Kosovo di usia 36 tahun," ungkap Endang.
Tidak hanya itu, kata Endang, upaya mendukung anak muda terlibat dalam politik ditunjukkan oleh Wali Kota Palestina yang menunjuk Bashaer Othman, seorang remaja putri berusia 16 tahun untuk menggantikan posisinya selama dua bulan.
Menurut dia, Indonesia sendiri memiliki Presiden muda tahun 1945 yakni Ir Sukarno (usia 44 th). Jadi, kata Endang, dengan tampilnya wajah-wajah segar dalam kancah Capres 2014, diharapkan dapat mewarnai lagi perpolitikan di tanah air.