Senin 13 May 2013 01:25 WIB

CAPDI Kaitkan Damai, Rekonsiliasi, dan Perubahan Iklim

Ketua Centris Asia Pacific Democrats International (CAPDI) Jusuf Kalla didampingi mantan perdana menteri Thailand Thaksin Shinawatra, memberi salam dalam pertemuan CAPDI di Phnom Penh, 2011. (file photo)
Foto: Antara/Saptono
Ketua Centris Asia Pacific Democrats International (CAPDI) Jusuf Kalla didampingi mantan perdana menteri Thailand Thaksin Shinawatra, memberi salam dalam pertemuan CAPDI di Phnom Penh, 2011. (file photo)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Centrist Asia-Pacific Democrats International (CAPDI) bakal menggelar konferensi internasional kedua bertema “Mobilizing Governments, Political Parties and Civil Societies to Promote Peace and Reconciliation and to Fight Climate Change in Asia” di Makassar pada 18-22 Mei mendatang.

CAPDI diketuai mantan wakil presiden Indonesia Jusuf Kalla dan organisasi ini beranggotakan para tokoh dari 20 negara termasuk penerima Nobel Perdamaian asal Myanmar, Aung San Suu Kyi.

Di tengah carut marut dunia yang penuh konflik, CAPDI mendorong dialog intenstif di antara pata pemimpin dan cendikiawan dari seluruh dunia.  

"Perlindungan dan tindakan pencegahan harus ada untuk menghindari kekejaman massal, kebencian dan kekerasan," demikian pernyataan tertulis CAPDI, Ahad (12/5). "Dunia perlu disesuaikan untuk hidup dalam budaya damai bukan dalam budaya kekerasan."

Tak hanya menyoal konflik dan damai, CAPDI juga menilai bahwa perubahan iklim tak kalah pentingnya menjadi masalah global lainnya. Maka tema ini melengkapi pembahasan perdamaian dan rekonsiliasi yang akan diangkat dalam konferensi mendatang. 

Selain Suu Kyi, CAPDI juga menjadi ajang keanggotaan mantan perdana menteri Thailand Thaksin Shinawatra, mantan ketua majelis Filipina Jose de Venecia, Perdana Menteri Malaysia Muhammad Najib bin Tun Razak, Perdana Menteri Timor Leste Xanana Gusmao, mantan presiden Philipina Fidel Ramos, dan Perdana Menteri Kamboja Hun Sen, Perdana Menteri Thailand Yingluck Shinawatra, Wakil Presiden Philipina Jejomar Binay, mantan presiden Finlandia Martti Ahtisaari, dan Presiden Uni Eropa Jose Manuel Barroso.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Ketua Centris Asia Pacific Democrats International (CAPDI) Jusuf Kalla didampingi mantan perdana menteri Thailand Thaksin Shinawatra, memberi salam dalam pertemuan CAPDI di Phnom Penh, 2011. (file photo) 

 

 

CAPDI Kaitkan Damai, Rekonsiliasi, dan Perubahan Iklim

 

JAKARTA - Centrist Asia-Pacific Democrats International (CAPDI) bakal menggelar konferensi internasional kedua bertema “Mobilizing Governments, Political Parties and Civil Societies to Promote Peace and Reconciliation and to Fight Climate Change in Asia” di Makassar pada 18-22 Mei mendatang.

CAPDI diketuai mantan wakil presiden Indonesia Jusuf Kalla dan organisasi ini beranggotakan para tokoh dari 20 negara termasuk penerima Nobel Perdamaian asal Myanmar, Aung San Suu Kyi.

Di tengah carut marut dunia yang penuh konflik, CAPDI mendorong dialog intenstif di antara pata pemimpin dan cendikiawan dari seluruh dunia.  

"Perlindungan dan tindakan pencegahan harus ada untuk menghindari kekejaman massal, kebencian dan kekerasan," demikian pernyataan tertulis CAPDI, Ahad (12/5). "Dunia perlu disesuaikan untuk hidup dalam budaya damai bukan dalam budaya kekerasan."

Tak hanya menyoal konflik dan damai, CAPDI juga menilai bahwa perubahan iklim tak kalah pentingnya menjadi masalah global lainnya. Maka tema ini melengkapi pembahasan perdamaian dan rekonsiliasi yang akan diangkat dalam konferensi mendatang. 

Selain Suu Kyi, CAPDI juga menjadi ajang keanggotaan mantan perdana menteri Thailand Thaksin Shinawatra, mantan ketua majelis Filipina Jose de Venecia, Perdana Menteri Malaysia Muhammad Najib bin Tun Razak, Perdana Menteri Timor Leste Xanana Gusmao, mantan Presiden Philipina Fidel Ramos, dan Perdana Menteri Kamboja Hun Sen, Perdana Menteri Thailand Yingluck Shinawatra, Wakil Presiden Philipina Jejomar Binay, mantan Presiden Finlandia Martti Ahtisaari, dan Presiden Uni Eropa Jose Manuel Barroso.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement