Senin 13 May 2013 14:16 WIB

Pemerintah dan Pengusaha Berseberangan Soal Produksi Gula

Rep: Meiliani Fauziah/ Red: Nidia Zuraya
Stok gula dalam gudang di Pabrik (ilustrasi)
Foto: usiness.financialpost.com
Stok gula dalam gudang di Pabrik (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah optimistis produksi gula tahun ini mencapai target sebesar 2,58 juta ton. Pada evaluasi terakhir, produksi gula bahkan dilaporkan surplus mencapai 2,78 ton. Evaluasi yang rutin dilakukan tiga bulan sekali ini akan kembali diadakan bulan depan.

Saat ini persediaan fisik di gudang gula mencapai 396.156 ton. Jumlah ini dihitung dari persediaan yang terdapat di pabrik gula sebesar 98.425 ton, di petani sebesar 6.916 ton dan di pedagang sebesar 290.818 ton. Lalu persediaan produksi eks tebu hingga Juli 2013 mencapai 1.285.969 ton.

Sementara itu kebutuhan Gula Kristal Putih (GKP) hingga Juli 2013 diperkirakan mencapai 787.607 ton. "Persediaan gula juga masih mencukupi menjelang Ramadhan," ujar Dirjen Perkebunan Kementrian Pertanian (Kementan) Gamal Nasir, Senin (13/5).

Gamal berharap produksi gula akan stabil sepanjang tahun. Namun ia masih terus meninjau produksi gula nasional. Di awal tahun, Kementan menargetkan kenaikan produksi sebanyak 12 persen. Tahun lalu, pemerintah berhasil memproduksi gula melebihi target sebesar 2,58 juta ton. Padahal target awal dicetuskan sebanyak 2,54 ton. Tahun ini Kementan juga mendapatkan tambahan lahan tebu seluas 300 hektare (ha) dari Kementrian Kehutanan dan Badan Pertahanan Nasional (BPN).

Namun optimisme yang sama tidak ditunjukkan oleh pengusaha. Keberhasilan produksi tahun lalu dikatakan dipengaruhi faktor cuaca. Produksi tanaman tebu melimpah karena iklim basah mengiringi masa pertumbuhan vegetatif yang mencakup akar, batang dan daun. Namun dukungan yang sama diperkirakan tidak akan terjadi tahun ini. "Perkiraan saya produksi gula tahun ini justru turun," ujar Anggota Dewan Gula Indonesia, Arum Sabil.

Lebih jauh ia meragukan rencana pemerintah untuk melaksanakan swasembada gula tahun depan. Dengan pembenahan produksi sekalipun, program ini menurutnya baru bisa dilaksanakan dua hingga tiga tahun mendatang. Pemerintah pun perlu melakukan serangkaian upaya, antara lain meningkatkan kadar gula di dalam batang tebu (rendeman) menjadi 10 persen dan revitalisasi pabrik gula. Lahan tebu yang harus ditambah idealnya sebanyak 750 ha.

Ketua Asosisasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI), Soemitro Samadikoen mengatakan revitalisasi pabrik gula harus dilaksanakan sebelum memasuki pasar bebas pada tahun 2015. Hal ini dipandang mendesak, mengingat produsen lokal akan bersaing ketat dengan produsen menacanegara dalam hal kualitas dan harga. "Agar tebu kita sebanding dengan industri yang sama di luar negri," ujarnya kepada ROL, Senin (13/5)

Upaya revitalisasi akan sangat berguna untuk meningkatkan produksi. Jumlah pabrik gula di seluruh Indonesia kini hanya 62 unit. Kapasitas terpasang pabrik gula sekitar 213 ribu ton cane per hari. Sedangkan luas perkebunan tebu mencapai 451 ha. Dengan pembenahan, pemerintah tidak perlu kerepotan mencari lahan untuk produksi karena hasil rendeman akan terdongrak. Cara yang efisien selanjutnya juga akan mempengaruhi biaya produksi menjadi lebih murah.

Agar produksi gula stabil sepanjang tahun, ia mengingatkan petani agar tidak melakukan giling awal. Proses penggilingan harus dilakukan sesuai tingkat ketuaan gula. Petani tebu sebaiknya juga tidak terlalu lama menggiling gula yang terlalu tua. Pabrik gula harus memperhitungkan kapasitas produksi agar meraih hasil optimal. "Jangan sampai rebutan tebang, yang penting jangan panik menghadapi perubahan iklim," katanya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement