REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG--Kapolda Jabar, Irjen Pol Drs Tb Anis Angkawijaya, mengatakan, tersangka pelempar bom rakitan ke pos polisi di Jl Mitra Batik Kota Tasikmalaya, Senin (13/5) malam merupakan anggota kelompok teroris.
Tersangka bernama Salim warga Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung, tewas setelah ditembak polisi beberapa saat setelah peristiwa pelemparan bom dan pembacokan. "Dia merupakan anggota teroris kelompok Maksum," kata dia kepada para wartawan di Mapolda Jabar, Selasa (24/5).
Menurut Anis, tersangka Maksum ditangkap Tim Densus 88 Mabes Polri di Copacing, Kabupaten Sumedang beberapa waktu lalu. Setelah pimpinanya ditangkap, kata dia, tersangka Salim melanjutkan aksi terornya dengan melempar bom rakitan ke pos polisi di Kota Tasikmalaya. " Tersangka Salim berusaha menebar teror ke masyarakat dengan melempar bom molotov ke pos polisi," kata dia.
Peristiwa pelemparan bom molotov tersebut terjadi Senin (13/5) sekitar pukul 19.30 WIB. Menurut Kabud Humas Polda Jabar, Kombes Pol Drs Martinus Sitompul, saat pelemparan di pos polisi tersebut ada dua anggota Polantas yang sedang bertugas.
Bom yang dilempar tersangka tak sampai meledak. Setelah melempar bom tersebut, tersangka Salim yang mengendari sepeda motor kabur ke daerah Cipedes. "Kedua anggota polisi itu melakukan pengejaran," kata dia.
Saat akan ditangkap, tersangka melawan dengan menodongkan senjata api rakitan. Saat akan ditembakan ke arah anggota polisi, senjata api rakitan tersebut tak bergungsi. Tersangka melemparkan senjatan api tersebut dan mengeluarkan golok dan membacok salah seorang anggota polantas tersebut.
Rekan korban yang melihat kejadian tersebut melumpuhkannya dengan tembakan. Tersangka Salim pun teaas di tempat kejadian. Jenazah Salim kemudian dibawa ke RS Bhayangkara Sartika Asih, Bandung untuk diotofsi.
Ada dugaan aksi pelemparan bom rakitan tersebut sebagai upaya balas dendam kelompok teroris karena rekan- rekan mereka ditangkap dalam sejumlah penggerebakan. " Mereka merupakan jaringan teroris. Motifnya masih kita dalami apakah balas dendam atau apa kita belum tahu," ujar Anis Angkawijaya.