REPUBLIKA.CO.ID, BENGHAZI -- Sebuah mobil mobil meledak di luar rumah sakit di kota Benghazi, Libya. Ledakan yan terjadi, Senin (13/5) ini, menyebabkan tiga orang meninggal. Menurut pihak kepolisian angka korban bisa meningkat menjadi 10 orang karena ledakan terjadi di wilayah padat aktivitas dan penduduk.
Ratusan warga kota berkumpul di lokasi kejadian dan menyalahkan milisi bersenjata atas serangan itu. Seorang saksi mengatakan, milisi telah membunuh anak-anak kota Benghazi. Mereka juga mengutuk milisi bersenjata dan mengatakan tak butuh mereka, namun butuh polisi dan aparat militer.
Ledakan itu merusak puluhan kendaraan dan memecahkan kaca jendela bangunan di sekitarnya. Sementara itu ledakan menghasilkan awan tebal serta hujan debu dan puing ke lokasi sekitar. Kota Benghazi sudah berkali-kali dihantam serangan dan bom bunuh diri, termasuk serangan 11 September ke Kedubes Amerika Serikat (AS). Serangan tersebut menyebabkan Duta Besar Chris Stevens dan tiga warga negara AS meninggal dunia.
Benghazi memang menjadi lokasi kelahiran pemberontakan terhadap diktator Moammar Ghaddafi di tahun 2011. Meski pemberontakan sudah berakhir dan pemerintahan baru sudah terbentuk, namun kelompok bersenjata masih menguasai sebagian wilayah negara itu.
Perdana Menteri Libya, Ali Zeidan, mengatakan serangan ini bukan gerakan tak terkoordinasi. Namun sebuah rangkaian serangan yang menargetkan bangsa Libya. Ahad malam, polisi mengonfirmasi bahwa kota tersebut mengalami serangan bom untuk ketiga kalinya semenjak empat hari terakhir.