Rabu 15 May 2013 19:36 WIB

Pesantren Bukan Bagian Dari Terorisme

Rep: Amri Amrullah/ Red: Djibril Muhammad
 Suryadharma Ali
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Suryadharma Ali

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Lembaga pendidikan Pondok Pesantren memiliki peran besar dalam membentuk karakter dan budi pekerti anak bangsa. Bukan menjadikan santri sebagai bagian dari tindakan terorisme.

Hal itu yang disamaikan Menteri Agama (Menag) Suryadharma Ali usai acara dialog pendidikan antara Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) dan Lembaga Pendidikan (LP) Ma'arif NU di Yogyakarta, Rabu (15/5).

Menag mengatakan, jauh sejak Indonesia merdeka kehadiran pendidikan agama di Pondok Pesantren telah memberikan sumbangsih besar. Khususnya para Ulama dan para tokoh Pesantren yang juga bagian dari pendiri bangsa ini.

Jadi menurut dia, pesantren khususnya di lingkungan NU tidak bisa dikategorikan bagian dari jaringan terorisme.

"Lembaga Pendidikan Keagamaan tidak pernah mengajarkan kekerasan, apalagi pesantren. Malah pesantren itulah yang mengajarkan toleransi," ujar Menag dalam upacara akbar Harlah NU yang dihadiri para santri dari pendidikan Maarif di Yogyakarta, Rabu (15/5).

Pondok Pesantren itu hampir seluruhnya swasta, tidak ada yang negeri. Karena itu, ia mengharap agar tidak ada diskriminasi perlakuan antar lembaga pendidikan keagamaan khususnya Pondok Pesantren dengan sekolah umum.

Terlebih sebagian besar atau lebih dari 80 persen sekolah di Indonesia, adalah sekolah swasta yang notabene adalah lembaga pendidikan keagamaan. Sedangkan kurang dari 10 persen saja, sekolah umum yang masuk dalam kelompok sekolah negeri umum.

Karena itu, Menag meminta NU harus kritis menanggapi terorisme dan kerukunan umat beragama. Umat Islam di Indonesia kenyataanya masih didominasi muslim yang moderat. Yang ada, kata dia, kelompok yang radikal sangat sedikit.

Menurut Menag, yang terjadi ada kelompok-kelompok yang ingin memanfaatkan sedikit golongan muslim yang radikal sebagai gambaran umat islam di  indonesia.

Kekhawatiran yang sama disampaikan Wakil Menteri Agama (Wamenag) Nazaruddin Umar. Wamenag menegaskan pondok pesantren di Indonesia itu tidak pernah mengenal yang namanya kekerasan, apalagi itu mengatasnamakan agama.

Pondok Pesantren itu sejak dulu adalah tempat disemainya santri berkarakter yang mengajarkan kedamaian. Jadi, kata dia, kalau ada Pondok Pesantren yang mengajarkan kekerasan dan tidak menghargai toleransi, maka perlu dipertanyakan status pondok pesantren tersebut.

"Kita sudah melakukan pencegahan terjadinya pembajakan pondok pesantren, dengan memperbaiki kurikulum dan melakukan training-training pemahaman Islam yang lebih universal," ujar Wamenag.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Muhammad Nuh menjelaskan, inilah pentingnya diterapkan kurikulum 2013. Walaupun kurikulum 2013 tidak serta merta diterapkan di Pesantren.

Tetapi dalam kurikulum 2013 mendatang, ditekankan pentingnya pemahaman Islam yang kaffah seperti diajarkan dalam Pondok Pesantren. Jadi Pondok Pesantren tidak bisa menjadi alasan dari bagian menghadirkan terorisme.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement