Rabu 15 May 2013 21:57 WIB

Mengenang Lindhu Gedhe 7 Tahun Silam

Rep: Edy Setiyoko/ Red: M Irwan Ariefyanto
Gempa Yogyakarta 2006. Ilustrasi
Foto: Life.com
Gempa Yogyakarta 2006. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,Masih ingat petaka yang terjadi 27 Mei 2006 silam. Bencana gempa bumi tektonik berkekuatan 5,9 Skala Richter (SR) mengguncang wilayah Yogyakarta dan sebagian Propinsi Jateng, tujuh tahun silam masih menyisakan pengalaman traumatik warga.

PIJAR (Pusat Informasi dan Pembelajaran Kebencanaan) Lindhu Gedhe bersama BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Kabupaten Klaten, ingin memperingati peristiwa tujuh tahun terjadinya bencana gempa bumi tektonik yang terjadi pukul 06.15 WIB waktu itu.

Bencana yang terjadi 27 Mei 2006, kekuatan 5,9 skala Richter (SR), menelan korban meninggal 1.045 orang, 95.892 bangunan hancur. Kondisi terparah di Prambanan,

Gantiwarno, Wedi, dan Bayat. ''Kita telah menyusun beberapa agenda kegiatan dengan tema Bencana, Lingkungan dan Kita,'' kata Arif Fuad, aktivis PIJAR Lindhu Gedhe kepada wartawan, Rabu (15/5).

Adapun jenis kegiatan yang disusun, seperti, lomba melukis dan permainan anak tradisional, serta lomba fotografi kebencanaan dengan tema 'Eling Tanpa Tangis' pada 22 Mei di Monumen Lindhu Gedhe' Desa Sengon, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten.

Pelaksanaan lomba lukis dan permainan tradisional melibatkan siswa SD se-Kabupaten Klaten. Dimana anak-anak melukis diatas media mainan, seperti, egrang, gasing dan bakiak atau teklek, dengan tema kebencanaan. Kemudian lomba beregu untuk lomba dolanan anak-anak tradisional. Pelaksanaan lomba bersama Sanggar Seni Lima Benua Klaten.

Pada hari tersebut, juga ada pemutaran gasing raksasa. Gasing berukuran diameter 2,5 meter tinggi 7,5 meter. Permainan anak-anak tempo dulu itu bakal ditarik oleh ratusan orang.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement