Rabu 15 May 2013 22:06 WIB

Etnis Cina Jadi Sasaran Kemarahan Politik di Malaysia

Rep: Bambang Noroyono / Red: Citra Listya Rini
Barisan Nasional
Foto: Kuala Lumpur Post
Barisan Nasional

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Etnis Cina telah menjadi sasaran kemarahan politik penguasa di Malaysia. Beralihnya suara etnis minoritas dari Barisan Nasional (BN) ke oposisi dalam Pemilu Raya Malaysia membuat kelompok ini terancam.

Anggota Parlemen Nasional Malaysia Shamsul Iskandar Akim mengatakan kondisi sosial antar etnis di negeri Melayu itu dikhawatirkan meningkat pascapemilu lalu. Shamsul menuduh motor BN dan United Malays National Organisation (UMNO) sengaja membakar sentimen anti-Cina.

''Semasa kampanye UMNO sudah mengampanyekan Cina sebagai ancaman bagi Melayu,'' kata Shamsul saat berkunjung ke Republika di Jakarta, Rabu (15/5).

Menurutnya, kampanye rasis tersebut membuat sentimen kesukuan meningkat. Tindakan rasisme pun masih berlangsung hingga detik ini.

Pemilu Raya Malaysia sendiri digelar 5 Mei 2013 lalu. Dari 12,5 juta pemilih terdaftar, masyarakat Malaysia masih mengandalkan BN untuk berkuasa kembali. BN menggenapkan masa kejayaan Perdana Menteri Najib Razak untuk berkuasa sampai 2018 mendatang.

Tercatat BN menguasai 133 kursi di parlemen. Saingannya dari Pakatan Rakyat (PR) hanya memperoleh 89 kursi parlemen. Walau dinyatakan kalah, namun PR berhasil mengambil tujuh kursi BN dalam pemilihan 2008 silam. Tujuh kursi tersebut milik Democratic Action Party (DAP). 

Partai ini menjadi basis 350 ribu lebih suara dari kelompok Cina. Sejarah politik di Malaysia, 40 persen suara minoritas selalu dikuasai BN. Akan tetapi pemilu ke-13 lalu menampilkan sejarah baru.DAP berafiliasi dengan People Justice Party (PJP) dan Partai Islam Semalaysia (PAS) dan bergabung ke PR. 

Mereka mengusung tokoh oposisi Anwar Ibrahim sebagai perdana menteri. Beralihnya suara Cina ke PR ini membuat Presiden BN Najib Razak murka.Dalam pidato kemenangannya, Najib mengatakan, BN dikhianati kelompok Cina. Najib mengistilahkan beralihnya kelompok Cina dengan sebutan ''Tsunami Cina''. 

Bahkan surat kabar rezim 57 tahun di Malaysia itu menuliskan headline kemenangan BN dengan judul ''Mau Apa Lagi Cina". ''Prilaku (kampanye anti-Cina) ini sudah mengarah ke nilai-nilai yang tidak bagus,'' kata Shamsul. 

Anggota Parlemen untuk PR dari Negara Bagian Melaka ini percaya, kelompok Cina yang masih betah di gerbong BN akan ikut bergabung melawan pemerintahan yang rasisme.

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
اُدْعُوْهُمْ لِاٰبَاۤىِٕهِمْ هُوَ اَقْسَطُ عِنْدَ اللّٰهِ ۚ فَاِنْ لَّمْ تَعْلَمُوْٓا اٰبَاۤءَهُمْ فَاِخْوَانُكُمْ فِى الدِّيْنِ وَمَوَالِيْكُمْ ۗوَلَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ فِيْمَآ اَخْطَأْتُمْ بِهٖ وَلٰكِنْ مَّا تَعَمَّدَتْ قُلُوْبُكُمْ ۗوَكَانَ اللّٰهُ غَفُوْرًا رَّحِيْمًا
Panggillah mereka (anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-bapak mereka; itulah yang adil di sisi Allah, dan jika kamu tidak mengetahui bapak mereka, maka (panggillah mereka sebagai) saudara-saudaramu seagama dan maula-maulamu. Dan tidak ada dosa atasmu jika kamu khilaf tentang itu, tetapi (yang ada dosanya) apa yang disengaja oleh hatimu. Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.

(QS. Al-Ahzab ayat 5)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement