REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kemacetan masih menjadi salah satu masalah utama yang dihadapi Ibu Kota Jakarta. Saat ini, jumlah kendaraan bermotor -- roda dua dan roda empat -- sudah mencapai 14 juta unit.
" Pertambahan jumlah kendaraan bermotor setiap tahun diperkirakan mencapai 2 juta unit. Tidak terbayangkan Jakarta dengan jumlah luas wilayah tak bertambah, akan tetapi jumlah kendaraan dan populasi kian bertambah. Sementara kapasitas jalan hanya bertambah sekitar 0,01 persen dalam setahun,'' ujar Calon Anggota DPD dari DKI Jakarta, Rommy, Kamis (16/5).
Guna mengurai kemacetan yang selalu mengepung ibu kota Jakarta, Rommy mengusulkan agar akses transportasi publik segera diperbaiki. Menurut dia, tersedianya akses transportasi publik yang baik akan berdampak pada berkurangnya penggunaan kendaraan pribadi dan masyarakat semakin bijak menggunakan bahan bakar minyak (BBM).
''Di Cina, misalnya, harga tiket MRT Rp 2.500 dan sudah ada jaminan bahwa masyarakat akan mendapatkan akses transportasi yang baik dengan haga yang terjangkau, sehingga hal semacam ini bisa memotivasi masyarakat untuk menggunakan kendaraan umum,'' tutur Rommy.
Menurut dia, kebijakan Jokowi-Ahok terkait MRT dan pengintegrasian Kopaja-Busway harus didukung. Perbaikan transformasi publik itu, kata dia, meliputi pembangunan MRT dan penambahan armada bus yang sudah ada, perluasan dan pembagian jalur/rute, dan ketepatan pelayanan.
''Logikanya begini, jika sudah ada transportasi cepat, nyaman, dan jalurnya banyak, juga setiap 15 menit ada, ya mendingan naik angkutan umum daripada capek nyetir, belum lagi BBM-nya mahal, atau misalnya harus bayar gaji sopir,'' ungkap Rommy.
Untuk mengatasi kemacetan yang terus membebani Jakarta, Rommy juga mengusulkan penambah ruas jalan. Termasuk di dalamnya menambah akses bagi pengguna sepeda "bicycle path" dan jalur untuk pejalan kaki.
Ia optimistis jika ada jalur yang aman bagi kedua kelompok ini, maka bisa jadi pengguna sepeda dan pejalan kaki akan bertambah. Hal itu, kata dia, bisa mengurangi polusi udara di Jakarta.