REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meski diprotes oleh sejumlah kalangan, Presiden Susilo Bambang Yudhyono (SBY) tetap akan menerima penghargaan World Statesman Award. Penghargaan tersebut diberikan oleh Appeal of Conscience Foundation yang berada di Amerika Serikat (AS).
SBY dinilai berjasa dalam memperjuangkan kebebasan beragama dan HAM. Ia juga dianggap berperan aktif membuka dialog antarumat beragama di level internasional.
Staf khusus presiden bidang hubungan internasional, Teuku Faizasyah mengatakan protes yang terjadi merupakan bagian dari dinamika demokrasi.
"Itu harus kita lihat sebagai proses penyampaian ekspresi secara lebih luas. Zaman sekarang siapa pun bisa menyampaikan kritik, saran, atau apa pun itu," katanya, Jumat (17/5).
Menurut Faiz, penghargaan tersebut diberikan oleh organisasi yang independen dan tidak berafiliasi kepada kepentingan apa pun. Pemberian penghargaan kepada SBY diyakini telah melewati pengkajian, penilaian, dan pertimbangan yang memadai.
Hingga akhirnya, mereka beranggapan SBY layak mendapatkan penghargaan tersebut. Faiz pun melihat penghargaan tersebut bersifat komprehensif. Penghargaan direncanakan akan diberikan ketika SBY ke AS pada akhir bulan ini.
Sebelumnya, pakar Etika Politik Sekolah Tinggi Filsafat Diyarkara, Romo Franz Magnis Suseno SJ, menyampaikan protes atas rencana pemberian penghargaan negarawan dunia 2013 kepada SBY. Ia mengaku mengirim surat protes kepada ACF melalui imel, Rabu (15/5).
Dalam suratnya Magnis menulis, penghargaan itu hanya akan membuat malu ACF. Karena selama 8,5 tahun kepemimpinan SBY, kaum minoritas Indonesia justru berada dalam situasi tertekan. SBY bahkan tidak pernah memberikan seruan apa pun kepada rakyatnya untuk menghormati hak-hak kaum minoritas.