REPUBLIKA.CO.ID,BOYOLALI--Tingkat elevasi air Waduk Cengklek di Ngemplak, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, hingga Sabtu ini, 141,89 meter di atas permukaan air laut atau di bawah normal.
Tingkat elevasi air Cengklik dalam kondisi normal setinggi 142,60 meter dpl, sehingga pintu air untuk irigasi pertanian sedikit ditutup atau diturunkan, kata petugas Balai Pengelola Sumber Daya Air Bengawan Solo Sutarmo, di Boyolali, Sabtu.
Ia mengatakan dengan diturunkan pintu air waduk tersebut, sehingga debitnya untuk irigasi pertanian menurun sekitar 40 persen dibanding sebelumnya.
"Debit air waduk untuk irigasi sebelumnya 766 liter per detik kini diturunkan menjadi 308 liter per detik. Hal ini, untuk penghematan cadangan air," katanya.
Menurut dia, volume air waduk dalam kondisi elevasi normal yakni mencapai 9.157.480 meter kubik, sedangkan saat ini, hanya sekitar 7.185.650 meter kubik (elevasi 141,89 meter dpl) atau cadangan dinilai masih aman.
Ia menjelaskan, air Waduk Cengklik dengan luas lahan total sekitar 306 hektare dan permukaan airnya sekitar 300 hektare memang untuk kebutuhan irigasi pertanian di dua kecamatan di Boyolali.
"Air irigasi memang kini sedang dibutuhkan oleh para petani, pada musim tanam II bulan Mei ini. Mereka kini sedang mengolah tanah MT II dengan menanam tanaman padi," katanya.
Menurut dia, air waduk tersebut mampu untuk memenuhi kebutuhan irigasi seluas lahan sekitar 1.957 hektare yang tersebar di 17 desa di Kecamatan Ngemplak dan Nogosari di Boyolali.
"Kebutuhan air waduk untuk pertanian akan berkurang jika memasuki MT III pada bulan Juni mendatang," katanya.
Menurut dia, pada MT III ini, para petani mulai beralih dengan bercocok tanam tanaman jenis palawija sehingga kebutuhan air tidak sebanyak ketika mereka menanam tanaman padi.
Menyinggung soal kondisi waduk mengalami sedimentasi cukup parah saat ini, ia menjelaskan, bahwa kondisi itu, antara lain dampak dari banyaknya keramba ikan, tanaman enceng gondok, dan lumpur yang terbawa banjir saat hujan.
Menurut dia, jumlah keramba ikan di Cengklik sebelumnya mencapai sekitar 500 keramba atau sekitar 10 persen dari luas permukaan. Keramba ikan yang diperbolehkan idealnya hanya sekitar satu persen.
"Jumlah keramba ikan di Waduk Cengklik kini berangsur-angsur mulai dikurangi, karena salah satu pemicu terjadinya sedimentasi waduk," katanya.