Senin 20 May 2013 09:28 WIB

Cina Jajaki Pembangunan Kawasan Industri Bersama Indonesia

Red: Nidia Zuraya
Kawasan Industri Pulogadung, Jakarta Timur
Kawasan Industri Pulogadung, Jakarta Timur

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Cina sedang menjajaki pembangunan kawasan industri bersama dengan Indonesia, di Provinsi Guangxi, China, seiring dengan terus meningkatnya kerja sama ekonomi kedua negara.

Wakil Gubernur Guangxi Zhang Xiaoqin menyampaikan kemungkinan kawasan industri bersama Indonesia-Cina saat menerima Duta Besar RI untuk Cina merangkap Mongolia, Imron Cotan serangkaian kunjungannya ke Guangxi, 18-20 Mei 2013.

Zhang Xiaoqin mengatakan saat ini Pemerintah Daerah Guangxi sedang membangun kawasan industri di Kota Fangchenggang. "Kemungkinan Fangchenggang Industrial Park dapat dijadikan Kawasan Industri Indonesia-Cina di Guangxi," ujarnya, Ahad (19/5) waktu setempat.

Sementara itu, Sekretaris Partai Komunis Cina Kota Fangchenggang Liu Zhengdong mengatakan Fangchenggang merupakan kota yang memiliki keunggulan dibandingkan dengan kota lain di Cina antara lain lokasinya yang sangat berdekatan dengan negara-negara ASEAN termasuk Indonesia.

"Meskipun kota ini relatif kecil, bisa dikatakan mempunyai hubungan dagang yang sangat erat dengan Indonesia, karena pada tahun lalu 90 persen impor mereka dari ASEAN berasal dari Indonesia. Di samping itu, 90 persen batubara yang digunakan pada power plant di kota ini juga didatangkan dari Indonesia," tuturnya.

Liu Zhengdong menambahkan sebagai kota pelabuhan, Fangchenggang sedang mengembangkan diri untuk menjadi daerah transit internasional dan basis industri pelabuhan. "Diharapkan kawasan industri yang ada dapat juga menjadi tempat pemrosesan produk mineral dan sebagai basis logistik," katanya.

Jembatan penghubung

Menanggapi itu Dubes RI untuk Cina merangkap Mongolia Imron Cotan mengatakan bila proyek itu memberikan keuntungan komparatif, akan banyak pengusaha RI dan Cina yang tertarik melakukan investasi di kawasan industri tersebut.

"Diharapkan apabila terwujud, kawasan industri ini dapat pula berperan sebagai jembatan penghubung antara kedua negara," katanya.

Imron menegaskan hubungan antara RI-Cina saat ini sangat erat terlihat dari peningkatan tiga kali lipat volume perdagangan, investasi, dan pariwisata dari 2010-2012.

Peningkatan hubungan itu juga diikuti meningkatnya rasa saling percaya diantara pengusaha kedua negara untuk melakukan langkah konkret di antaranya adalah pembentukan kawasan industri Indonesia-Cina.

Ia mengemukakan perlu upaya untuk mendorong pengusaha kedua negara mempertimbangkan pembangunan kawasan tersebut agar dapat menguntungkan kedua belah pihak.

"Jika perlu dibentuk semacam 'sister port city' untuk menghubungkan Indonesia-Cina, dan serta untuk link up dengan proyek serupa di Indonesia," tutur Imron.

Tidak itu saja, lanjut Dubes RI, dengan diberlakukannya aturan pelarangan ekspor bahan mentah mulai 2014, kiranya pengusaha RRC dapat membangun kawasan pengolahan bahan baku mentah menjadi setengah jadi di Indonesia, dan pemrosesan lebih lanjutnya dapat dilakukan di kawasan industri Fangchenggang untuk diekspor ke negara ASEAN atau memenuhi permintaan pasar Cina, bahkan pasar dunia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement