Selasa 21 May 2013 05:20 WIB

Jokowi Akui Ada Tiga Masalah KJS, Apa Saja?

Red: Endah Hapsari
 Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (kiri) didampingi Kepala Dinas Kesehatan DKI Dien Emawati mendengarkan masukan dari masyarakat dalam acara uji publik Kartu Jakarta Sehat (KJS) di Gedung Balaikota, Jakarta Pusat, Rabu (27/3). (Republika/Prayogi)
Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (kiri) didampingi Kepala Dinas Kesehatan DKI Dien Emawati mendengarkan masukan dari masyarakat dalam acara uji publik Kartu Jakarta Sehat (KJS) di Gedung Balaikota, Jakarta Pusat, Rabu (27/3). (Republika/Prayogi)

REPUBLIKA.CO.ID, Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo, menilai ada tiga permasalahan yang menyebabkan sistem Kartu Jakarta Sehat (KJS) tidak berjalan dengan maksimal. Belajar dari pengalaman itu, ke depan pihaknya akan melakukan pembenahan sehingga layanan ini bisa tetap dimanfaatkan masyarakat.

Ketiga permasalahan tersebut yakni, rumah sakit swasta dianggap terlalu mengambil keuntungan atau profit oriented. Kedua, premi sebesar Rp 23 ribu yang dibayarkan dirasa masih kurang. Sebab, sebelum sistem ini dijalankan biaya tidak bisa dikendalikan karena tidak adanya manajemen kontrol yang baik.

Kemudian permasalahan terakhir yakni, penggunaan sistem Indonesian Case Basic Groups (INA CBG`s), di mana obat yang digunakan juga diatur. "Ketiga dari sistem INA CBG`s memang yang kita pakai. Kalau dulu, orang mau pakai obat apapun bisa diputuskan sendiri. Sekarang semuanya diatur dengan sistem," kata Jokowi, di Balaikota DKI Jakarta, seperti dilansir situs beritajakarta.

Dengan adanya kendala tersebut, Jokowi akan berpikir ulang mengenai kenaikan biaya premi yang akan dibayarkan. Mengingat untuk menambah premi berkaitan dengan APBD, sehingga harus berkoordinasi dengan DPRD DKI Jakarta. "Baru hitung-hitungan, kalau premi dinaikkan berarti kita harus menambah APBD," ujarnya.