REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Unilever Indonesia Tbk menyiapkan beberapa strategi dalam mengantisipasi lonjakan inflasi dan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Kenaikan ini diakui akan berdampak pada kinerja perusahaan yang bergerak di sektor barang konsumer ini.
Sebagai antisipasi perseroan akan menekan biaya internal. "Efisiensi biaya internal sampai 2,5 persen," ujar Direktur Utama Unilever Maurits Lalisang usai paparan publik di Jakarta, Selasa (21/5).
Perseroan juga menekan ongkos yang tidak diperlukan. Misalnya seperti ongkos perjalanan. Selain itu perseroan juga akan meningkatkan produk-produk campuran untuk meningkatkan margin.
Namun jika opsi yang ada tidak dapat menutupi kekurangan biaya produksi, perseroan akan mengambil kebijakan menaikkan harga. "Sepanjang kuartal pertama Unilever telah menaikkan 4-5 persen harga," kata Maurits.
Unilever juga menyikapi tingginya inflasi di Indonesia. Inflasi yang diperkirakan bisa mencapai 7,8 persen di tahun ini tidak begitu dikhawatirkan perseroan. Yang membuat Unilever khawatir adalah bagian dari pembentuk inflasi tersebut, yaitu inflasi bahan-bahan makanan. Inflasi bahan makanan akan terus meningkat hingga 12 persen mengancam kinerja perseroan.
daya beli merupakan faktor utama yang mendorong penjualan perseroan. "Jika harga pangan tinggi, maka Daya beli masyarakat berkurangn," ujar Maurits.