REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Freeport Indonesia menghentikan kegiatan operasional selama evakuasi dan investigasi terkait longsornya tambang bawah tanah Big Gossan, Mimika, Papua dilaksanakan. Hal ini berakibat pada penurunan jumlah produksi perseroan.
Direktur Utama PT Freeport Indonesia Rozik B Soetjipto mengungkapkan produksi harian perseroan mencapai 220 ribu ton per hari. "jumlah tersebut sebanyak 140 ribu ton diproduksi di tambang terbuka. Sisanya di bawah tanah," ujar Rozik dalam konferensi pers terkait longsor tambang bawah tanah Freeport di Gedung Kementerian ESDM, Rabu (22/5).
Dengan berhentinya operasional selama masa pencarian, diperkirakan perseroan merugi 1,76 juta ton sejak 15 Mei 2013. Namun rozik mengungkapkan perseroan tetap memprioritaskan evakuasi dan penyelamatan para korban serta investigasi lebih lanjut.
Saat ini Freeport belum memikirkan kapan akan kembali berproduksi. Perseroan akan fokus pada penyelesaian masalah dan melakukan pengecekan keselamatan kerja di lokasi tambang. "Pemeliharaan ini bertujuan agar masalah seperti ini terjadi kembali di kemudian hari," kata Rozik.