REPUBLIKA.CO.ID, SERANG -- Wakil Menteri Agama, Nasaruddin Umar prihatin dengan stasiun televisi yang lebih mementingkan dai yang memiliki rating tinggi, ketimbang ulama yang faqih. Akibatnya, kondisi agama masyarakat Indonesia jauh dari baik.
Saat menjadi pembicara dalam Seminar Nasional Alquran, Wamenag mengkritik televisi yang enggan mempublikan para ulama yang berkualitas. Para penceramah yang berada di tengah masyarakat, justru dai yang lucu, yang teatrikal, dan sifat lain yang dapat meningkatkan rating televisi.
"Media televisi itu agamanya rating. Apa yang terjadi kalau guru agama kita tidak tahu asal Alquran, asal hadits," tuturnya.
Nasaruddin prihatin dengan tidak diberinya forum kepada para ulama berkualitas di televisi. Padahal, merekalah yang dapat memperbaiki kondisi agama masyarakat.
"Dari sepuluh rating tertinggi, satu pun gak ada alumni pesantren atau IAIN. Mau kemana agama kita kalau ulamanya begitu. Para ahli Islam justru tidak diberikan forum," ujarnya mengakhiri.
Acara Seminar Nasional Alquran merupakan rangkaian acara Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) Ulama Alquran yang diselenggarakan Lajnah Pentashihan Mushaf Alquran (LPMA) Balitbang Diklat Kemenag, Kamis (23/5).
Wamenang mengisi sesi pertama seminar dengan membahas 'Pendidikan Karakter Berbasis Alquran'. Acara tersebut diikuti 120 peserta dari 25 provinsi di Indonesia yang terdiri dari ulama, akademisi serta pengkaji tafsir dan ilmu Alquran.