REPUBLIKA.CO.ID, STOCKHOLM -- Kerusuhan terjadi selama empat hari berturut-turut di Stockholm, Swedia. Kerusuhan tersebut diduga dipicu oleh tertembaknya seorang warga Husby berusia 69 tahun oleh polisi karena membawa parang di tempat ramai.
Warga membakar mobil dan menyerang kantor-kantor polisi di 15 wilayah pinggiran Stockholm yang didominasi penduduk migran pada hari keempat kerusuhan, Kamis (23/5) waktu setempat. Sehingga menghancurkan citra Swedia sebagai negara damai dan egaliter.
Regu pemadam kebakaran mengaku menerima panggilan dari 90 lokasi berbeda dalam satu malam, sebagian besar dikarenakan aksi perusuh. Pada Kamis pagi, kantor-kantor polisi di distrik Kista dekat pinggir kota Husby dimana kerusuhan berawal pada Ahad (19/5) malam, dilempari batu.
Dua kantor polisi di selatan ibukota Swedia juga dilempari batu. Di selatan Skogaas, sebuah restoran rusak parah setelah dibakar massa.
Penembakan kepada warga Husby berusia paruh baya itu terjadi di tengah upaya mediasi. Namun, versi polisi, lelaki tersebut tewas setelah berupaya lari ke apartemennya. Polisi mengklaim penembakan itu merupakan upaya membela diri.
Aktivis lokal mengatakan, penembakan tersebut memicu kemarahan para pemuda yang mengklaim selama ini mereka telah menjadi korban aksi brutal polisi.
Pada malam pertama kerusuhan, para perusuh itu mengatakan polisi menyebut mereka sebagai "gelandangan, monyet dan negro." Dua orang, termasuk seorang polisi dilaporkan terluka dalam kerusuhan tersebut.
Sementara itu pihak kepolisian belum menganggap serius skala kerusuhan tersebut."Setiap korban yang terluka adalah tragedi, mobil yang dibakar adalah kegagalan bagi masyarakat. Namun Stockholm tidak terbakar. Mari kita lihat situasi secara proporsional," kata wakil kepala polisi Stockholm, Ulf Johansson.