REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perbankan syariah dinilai harus lebih giat menggarap pasar masyarakat kelas menengah. Segmen pasar ini dinilai unik karena kegiatan perbankan banyak dimulai dari kelas menengah.
Direktur Indonesia Brand Forum (IBF), Yuswohady mengatakan masyarakat menengah memiliki penghasilan yang digunakan untuk berbagai macam keperluan dan masih mempunyai sisa pendapatan atau dispossible income.
"Perbankan syariah harus menargetkan kelas menengah ini," ujarnya saat seminar bertajuk Enabling Indonesia Uniqueness to Bring Competitive Advantage of Islamic Banking di JCC Senayan, Jakarta, Jumat (24/5).
Dia berujar masyarakat kelas menengah Indonesia berjumlah sekitar 130 juta orang pada 2012. Kelas menengah, kata Yuswohady, mempuyai tiga ciri yaitu daya beli tinggi, pengetahuan yang tinggi dan kemampuan terhubung secara sosial yang tinggi.
Saat ini hampir semua barang bisa dibeli oleh masyarakat kelas menengah atau biasa disebut fenomena mass luxury.
"Bagi perbankan, ini segmen luar biasa. Kelas menengah beriorientasi tinggi karena mereka cukup punya penghasilan dan pengetahuan cerdas," ucap Yuswohadi.
Menurut dia kini era barat dalam sektor perbankan sudah lewat dan berganti dengan era Asia. "Kalau membicarakan Asia, pasti tidak jauh dari Cina, India dan Indonesia," ujarnya.
Untuk itu perbankan syariah harus memanfaatkan momentum ini untuk mengembangkan bisnisnya. Dia mengimbau bank-bank syariah tanah air harus mampu mengangkat kearifan lokal tanpa meninggalkan prinsip keislaman.