REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masih ingat istilah Apel Washington dan Apel Malang? Ungkapan ini terkuak pada perkara korupsi Wisma Atlet atas terdakwa Angelina Sondakh beberapa waktu lalu.
Dalam blackberry messenger antara Angie dengan Mindo Rosalina Manulang, istilah tersebut menjadi indikasi suap-menyuap antar pengusaha dan politikus itu.
Kini, istilah baru muncul dalam persidangan perkara korupsi pengadaan simulator SIM atas terdakwa Irjen Djoko Susilo. Dalam pemeriksaan saksi PT Inovasi Teknologi Indonesia Sukotjo Sastronegoro, terungkap istilah 'kaliber' sebagai ungkapan baru.
Sukutjo bercerita, sempat dipanggil staf Bagian Pengadaan Korlantas Polri, Ni Nyoman Suartini dan Heru ke Kantor Korlantas Mabes Polri, Jakarta. Ia mengatakan, dua orang itu menjelaskan, Direktur PT Citra Mandiri Metalindo Abadi (CMMA) Budi Santoso tak memerhatikan Wakil Korlantas saat itu, Brigjen Didik Purnomo.
"Saya bilang bagaimana caranya. Ya diperhatikanlah. Kasih dana. Saya tanya berapa besarannya? Kaliber 50-100 lah. Saya bilang akan datang dua hari lagi," kata Sukotjo, di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Jumat (24/5).
Sesuai janjinya, Sukotjo kemudian kembali datang ke Korlantas. Ia kemudian terlebih dulu masuk ke ruangan Bagian Pengadaan Korlantas. Di sana, ia katakan, ditanya mengenai kaliber uang yang dibawa.
Sukotjo menjelaskan membawa kaliber 50 (maksudnya 50 juta). Ia juga mengatakan kalau uang itu dikemas dalam oleh-oleh Bandung, brownies. Setelah itu, Sukotjo diarahkan ke ruangan Didik dengan diantar staf bernama Indra. Ia mengatakan, Indra terlebih dulu masuk ke ruangan dan berbicara dengan Didik.
Kemudian Sukotjo baru masuk dan memberikan 'oleh-oleh Bandung' itu. Setelah itu, Sukotjo berbincang dengan beberapa hal dengan Didik. Seperti, ia katakan, melaporkan masalah penyelesaian kasus driving simulator SIM 2009 dan menjelaskan mengenai teknis pengiriman driving simulator 2011.
"Pertemuan saya sekitar satu jam. Terus saya pulang," kata dia. PT ITI milik Sukotjo merupakan perusahaan yang mengerjakan pengadaan driving simulator SIM roda dua dan roda empat tahun anggaran 2011. PT ITI mendapatkan pekerjaan itu dari PT CMMA.
Budi Susanto mensubkontrakan pengerjaan proyek pengadaan itu pada PT ITI. Sukotjo menjelaskan adanya permainan dalam proses lelang dengan mengajukan perusahaan fiktif untuk memuluskan PT CMMA sebagai pemenang tender.