REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tornado Moore di Oklahoma diperkirakan bukan menjadi bencana terakhir yang dihadapi Amerika Serikat (AS). Dalam prediksi tahunan yang dikeluarkan Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional (NOAA), kondisi negara Paman Sam itu tak cukup bagus.
"Secara teknis, (badai di AS) akan aktif atau ekstrem aktif," seperti dikutip Time, Sabtu (25/5).
NOAA memperkirakan, 70 persen atau 13 dari 20 badai akan menghantam AS. Badai diperkirakan memiliki kecepatan angin hingga 39 mil per jam atau lebih. Bahkan, tujuh dari 11 berpotensi menjadi badai topan (kecepatan angin 74 mil per jam).
Tiga hingga enam badai pun diperkirakan akan menjadi besar, yaitu berkatagori 3-5. Artinya, berkekuatan lebih besar dari rata-rata badai musim Atlantik yang berlangsung sejak 1 Juni hingga akhir November.
Alasan potensi banyak badai itu karena pola cuaca. Termasuk angin munson Afrika yang kuat yang akan melengkapi atmosfer untuk membentuk badai tropis. Ketidakhadiran El Nino juga ikut memengaruhi, yang biasanya ikut menekan formasi badai-badai.
Saat ini, masyarakat Moore di Oklahoma masih membersihkan sisa-sisa tornado EF5 menghantam pada 20 May lalu. Sebanyak 24 orang tewas dan ribuan rumah dan bangunan rusak.
Total kerugian diperkirakan mencapai dua miliar dolar AS. Angka ini sekaligus menjadikan tornado Moore sebagai yang paling merugikan sepanjang sejarah AS.