Senin 27 May 2013 09:53 WIB

Cina Akan Naikkan Standar Batu Bara Impor

Rep: Dwi Murdaningsih/ Red: Nidia Zuraya
Produksi batu bara, ilustrasi
Produksi batu bara, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, SHANGHAI -- Cina berniat meningkatkan standar batu bara impor. Dua sumber yang dikutip Reuters, pekan lalu mengatakan peningkatakn standard ini dimaksudkan untuk mengurangi impor. Sementara sumber lain mengatakan peningkatan standar ini untuk meningkatkan industri batu bara Cina yang sedang goyah.

Administrasi Energi Nasional (NEA) mengatakan akan mengadakan rapat dengan produsen utama dari negara mpportir untuk membahas mengenai standard ini. Beberapa produsen seperti Senhua Coal, China Coal, Datong COal, Shanxi coking Coal Group dan Jizhong Energy Group juga diajak serta dalam pembahasan ini.

NEA mengusulkan batu bara impor harus memiliki energi minimal 4.540 kkal per kilogram (kg). Kandungan abu dan sulfur yang diizinkan maksimal 40 persen dan tiga persen. "Tujuan utama adalah mengurangi polusi. Tapi mungkin juga untuk mendukung industri batu bara lokal," ujar sumber tersebut, salah seorang produsen batu bara yang ikut dalam pertemuan itu.

Belum ada keputusan kapan proposal ini akan diketok palu. Jika proposal ini sudah disetujui akan cukup memukul negara pengekspor batu bara termasuk Indonesia. Pasalnya Indonesia mengekspor batu bara dengan nilai kalor yang rendah. Hal ini juga akan mempengaruhi penjualan batu bara dari Amerika yang dikenal memiliki kandungan sulfur yang tinggi. Kandungan sulfur ini menyebabkan masalah pencemaran.

Pada tahun 2012, Cina mengimpor 53 juta ton lignit, baru bara dengan nilai kalor yang lebih rendah 4.500 kkal per kg. Sebagaian besar batu bara ini berasal dari Indonesia. Standar ini diperkirakan bisa mendorong utilitas perusahaan lokal untuk mengimpor lebih banyak dari Australia atau Afrika Selatan.

Analis Fenwei Energy Consulting Luther Lu meramalkan kebijakan ini bisa mengurangi impor sekitar 60-70 juta ton batu bara per tahun. Harga acuan batu bara dengan nilai energi 5.500 kkal per kg pada 22 Mei sebesar 611 yuan per ton. Harga ini turun 0,2 persen dibandingkan pekan sebelumnya.

Seorang pedagang batu bara yang berbasis di Beijing mengatakan langkah ini dipastikan bertujuan untuk melindungi industri batu bara dalam negeri. Pasalnya, jika khawatir soal polusi, pemerintah bisa saja memaksa semua pembangkit berbahan batu bara dilengkapi dengan unit desulfurisasi (pengurang kadar sulfur). "Sulfur dan abu tidak ada hibungannya dengan kalori," katanya.

sumber : Reuters
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement