REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah petinggi di wilayah kepolisian Papua mengalami pergeseran. Sebulan terakhir, setidaknya ada enam polisi yang menduduki jabatan Kapolres digeser oleh Polda Papua.
Awal bulan, Kapolres Boven Digul, Jayawijaya, dan Mappi diganti dengan pejabat baru. Teranyar, kursi Kapolres Raja Ampat, Kapolres Kota Sorong, dan Kabupaten Waropen juga mengalami pergantian.
Muncul dugaan, pergantian masal di kursi pejabat teras masing-masing kepolisin kota dan kabupaten di daerah Papua ini berkaitan dengan kasus polisi 'satu 1,5' Aiptu Labora Sitorus (LS). Pasalnya, LS yang dikenal kaya raya lewat rupa-rupa bisnis ilegal dan sudah menjadi tersangka ini diduga tak bermain sendiri.
Namun, Polda Papua langsung menepis adanya anggapan bahwa pelengseran enam perwira menangah dari kursinya tersebut karena terlibat skandal bisnis LS. “Memang sudah ada Sertijab (Serah Terima Jabatan) tapi itu tidak berkaitan dengan perkara LS,” kata Kepala Bidanga Hubungan Masyarakat Polda Papua Kombes I Gede Sumesta ketika dikonfirmasi, Senin (27/5).
Gede mengatakan, Kapolres yang berdinas di wilayah Sorong dan Raja Ampat serta daerah lainnya memang kerap dikaitkan dengan bisnis haram Aiptu LS. Tetapi Gede menegaskan, pergantian tersebut murni sebagai bentuk penyegaran di korps kepolisian Papua.
Lebih jauh, di Jakarta Mabes Polri mengatakan, dalam kasus LS, polisi sudah menetapkan tersangka baru. Setelah menjadikan LS dan rekannya di perusahaan penimbunan bahan bakar minyak (BBM) PT SAW, Jimmi Lagesang jadi tersangka, kini direktur PT Rotua Imanuel Mamora mengalami nasib yang sama. Imanuel adalah pimpinan operasional perusahaan yang diduga terkait kayu ilegal.