REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penghargaa Appeal of Conscience Foundation (ACF) terhadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dianggap sebagai bentuk apresiasi terhadap bangsa Indonesia. Apresiasi tersebut juga sejalan dengan cita-cita dan semangat bangsa untuk rukun, damai di tengah pluralisme.
Pengamat intelijen Wawan H Purwanto mengatakan, seharusnya masyarakat mau menerima penghargaan tersebut. Setidaknya, sebagai cambuk untuk memerbaiki kerukunan dan toleransi kehidupan antarumat beragama di Indonesia.
"Tidak semua kepala negara bisa menerima World Statesman Award dari ACF, bahkan Nicolas Sarkozy yang pernah menjabat presiden Perancis saja tidak dapat," ujarnya.
Saat ini, terang Wawan, perkembangan rumah ibadah umat Islam sebesar 64,22 persen, Kristen sebesar 131 persen, Katolik sebesar 153 persen, Hindu sebesar 368,9 persen, dan Budha sebesar 475,25 persen. Data tersebut menunjukkan perkembangan rumah ibadah agama lain begitu pesat. Ini menunjukkan kerukunan umat beragama di Indonesia masih ada.
Seharusnya, kata Wawan, jangan menolak penghargaan dari ACF karena kasus-kasus tertentu saja. Padahal lebih banyak rakyat dan pemerintah yang berusaha keras demi terwujudnya toleransi dan kerukunan umat beragama di Indonesia. Termasuk penegakkan hukum kepada mereka yang melanggar.
Namun, ujar Wawan, memang harus diakui pemerintah dan masyarakat harus bekerja keras untuk membangun kerukunan dan toleransi antarumat dan suku. Masih banyak warga yang mudah dihasut oleh mereka yang memang menginginkan Indonesia tidak rukun dan damai.