REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Efek samping obat resep bertanggung jawab untuk setidaknya 18 ribu kematian setiap tahun di Prancis. Jumlah itu lebih dari korban tewas kecelakaan di jalan dan bunuh diri.
Bernard Begaud yang merupakan saksi ahli di pengadilan untuk pendiri perusahaan farmasi Servier, Jacques Servier mengatakan hal tersebut. Servier dituduh terlibat dalam kematian ratusan orang.
"Setiap tahun ada 18 ribu kematian yang langsung terkait dengan minum obat," kata Begaud di pengadilan seperti dilansir PressTV, Selasa (28/5).
Menurutnya, Prancis merupakan negara yang sangat buruk dalam pengaturan penggunaan obat. Begaud menyalahkan kurangnya pelatihan farmakologi sehingga dokter di Prancis memberi resep yang lalai.
Otoritas keamanan jalan nasional menemukan 3.645 orang tewas dalam kecelakaan lalu lintas pada 2012 dan diperkirakan 10 ribu kasus bunuh diri terjadi tiap tahun di Prancis.
Pada September 2012, dua ahli medis terkemuka Prancis mengatakan setengah dari obat yang dijual di negara tersebut berdampak buruk bagi kesehatan pasien. Mantan kepala Rumah Sakit Necker di Paris, Philippe Even mengatakan satu dari dua obat yang dijual di apotek tidak memiliki nilai kesehatan dan lima persen memiliki efek samping.
Sementara itu, Servier dituduh memalsukan dokumen untuk mendapatkan hak penjualan pil diabetes. Pil itu untuk menahan nafsu makan. Obat itu ditarik dari pasar pada 2009 oleh otoritas kesehatan Prancis karena kekhawatiran efek samping yang dapat berakibat fatal.
Warga Prancis rata-rata memiliki 47 paket obat atau resep medis setiap tahun. Biaya tersebut sekitar 532 euro per orang atau setara dengan 12 persen Produk Domestik Bruto Prancis.