Rabu 29 May 2013 12:38 WIB

Keragaman Produk Keuangan Syariah Perlu Ditambah

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Nidia Zuraya
Keuangan Syariah (Illustrasi)
Keuangan Syariah (Illustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, MANAMA -- Jenis produk keuangan syariah dinilai perlu ditambah. Pasalnya populasi Muslim di dunia makin bertambah sehingga permintaan terhadap produk keuangan syariah juga makin beragam.

CEO Sedco Capital, Hasan S. AlJabri, mengatakan pada 2012 Muslim mewakili sekitar 25,7 persen dari populasi dunia. Diperkirakan pada 2050, angka tersebut tumbuh menjadi 30 persen. "Ini menunjukkan pasar global terus berkembang dan butuh berbagai produk keuangan inovatif untuk memenuhi permintaan," kata Aljabri seperti dikutip dari Bahrain News Agency, Rabu (29/5).

Menurutnya saat ini ekuitas masih mendominasi alokasi keseluruhan aset industri keuangan syariah. "Mewakili sekitar 39 persen dari aset yang dikelola," ucapnya.

CEO Organisasi Akuntansi dan Audit Lembaga Keuangan Syariah (AAOIFI), Khaled Al Fakih mengatakan perlu kunci untuk memperkuat arsitektur industri investasi syariah global. Pasalnya dana dan investasi syariah telah menjadi komponen yang semakin penting dari pasar keuangan global.

Secara khusus, penerbitan instrumen syariah global, khususnya sukuk telah memainkan peran penting dalam membangun hubungan lintas perbatasan antara emiten dan investor internasional. "Ini telah membuka jalan bagi penciptaan pasokan instrumen keuangan syariah," ujar Al Fakih.

Kepala Eksekutif Konferensi Dana dan Pasar Keuangan Syariah, David McLean berujar selera investor untuk pilihan investasi, mendorong dana syariah dan industri investasi ke pasar utama dan meningkatkan permintaan sukuk. Dia menyebut tantangan utama investasi dan manajemen aset syariah adalah produknya yang kurang beragam. "Sukses masa depan industri dapat ditingkatkan dengan memperluas basis emiten dan investor," katanya.

Dalam dekade terakhir, aset perbankan syariah global mendekati 2 triliun dolar AS. Namun masih banyak pekerjaan bagi para pelaku industri guna mendorong keuangan syariah ke dalam arus utama.

Direktur Eksekutif Strategi dan Perencanaan Dewan Pengembangan Ekonomi Bahrain, Jarmo Kotilaine, mengatakan kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara (MENA) dengan jumlah penduduk sekitar 400 juta, memiliki pertumbuhan penduduk dua persen lebih tinggi dibanding tingkat pertumbuhan global sebesar 1,1 persen. Dengan setengah penduduk di bawah usia 25 tahun, MENA memiliki populasi termuda kedua di antara wilayah dunia, setelah sub Sahara Afrika.

Kotilaine mengatakan penduduk perkotaan di kawasan MENA meningkat pesat. Bank Dunia memproyeksi, lebih dari 75 persen penduduk akan tinggal di perkotaan pada 2050, dibandingkan 35 persen pada 1960.

Tingginya tingkat urbanisasi akan mendorong permintaan tinggi terhadap penyediaan infrastruktur baik kesehatan, pendidikan dan layanan lain seperti keuangan. "Mengingat hal ini, potensi keuangan syariah dapat masuk dan mempunyai peluang sangat besar, terutama karena mekanisme pembagian risiko dan fokus pada aset riil," kata Kotilaine.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement