REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur Kementerian Perindustrian Panggah Susanto mengatakan, industri tekstil dan produk tekstil (TPT), alas kaki dan penyamakan kulit menghadapi banyak tantangan khusunya dalam persaingan global saat ini.
"Sebagian besar mesin TPT, alas kaki dan penyamakan kulit berusia di atas 20 tahun, sehingga tingkat konsumsi energi tinggi," kata Panggah saat membuka Gelar Sepatu Kulit dan Fesyen 2013, di Jakarta, Kamis (30/5).
Panggah mengatakan, dengan mesin-mesin yang berusia di atas 20 tahun tersebut, selain menyebabkan konsumsi energi yang besar juga menyebabkan kecepatan dan kualitas produk menjadi kurang atau rendah. "Permasalahannya adalah, persaingan akan semakin ketat dengan munculnya negara-negara kompetitor baru yang sudah mengadopsi teknologi yang canggih," ujarnya.
Selain itu, produk TPT dan alas kaki dari Cina yang cenderung murah dan beragam terus membanjiri pasar Indonesia. "Banjirnya produk tersebut, bisa secara legal maupun ilegal," ucap Panggah seraya menambahkan saat ini ketersediaan sumber daya manusia di industri tersebut juga semakin berkurang.
Menurutnya, masalah lainnya adalah terkait dengan Upah Minimum Regional yang terus mengalami kenaikan, serta dibarengi dengan kenaikan tarif dasar listrik. "Sementara khusus untuk industri alas kaki, permasalahan utamanya adalah kemampuan memasok permintaan pasar yang masih lemah," kata Panggah.
Industri TPT dan industri alas kaki merupakan andalan industri manufaktur Indonesia dan menyumbang sebesar 12,46 miliar dolar AS pada tahun 2012 lalu. Dengan nilai ekspor tersebut, Indonesia mampu memenuhi kebutuhan dunia sebesar 1,8 persen untuk produk alas kaki, dan menyerap tenaga kerja yang cukup besar di mana industri TPT menyerap 1,5 juta orang, sementara industri alas kaki menyerap 700 ribu orang.
Sementara itu, kontribusi ekspor untuk alas kaki dan penyamakan kulit sebesar 3,5 miliar dolar AS. Untuk neraca perdagangan dalam waktu lima tahun terakhir mencatat surplus rata-rata sebesar 2 miliar dolar AS, sedangkan neraca perdagangan TPT dalam lima tahun terakhir rata-rata mengalami surplus 4,5 miliar dolar AS.
Kinerja sektor industri non-migas pada 2012 sebesar 6,4 persen, yang berada di atas pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 6,23 persen. Industri pengolahan non-migas telah memberikan kontribusi sebesar 23,84 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) dan untuk sektor industri tekstil, barang dari kulit serta alas kaki mampu memberikan kontribusi sebesar 2,1 persen terhadap PDB.