Jumat 31 May 2013 01:33 WIB

Pengamat: AS Tidak Akan Mudah Bantu Filipina

Kapal Penjaga Pantai Filipina yang tengah berpatroli
Foto: Al Jazeera
Kapal Penjaga Pantai Filipina yang tengah berpatroli

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Center for Strategic and International Studies (CSIS) Rizal Sukma mengatakan Amerika Serikat akan berpikir "lebih dari seribu kali" untuk ikut campur dalam sengketa di wilayah perairan Laut China Selatan, dimana sekutunya Filipina sedang bersitegang dengan Cina.

"Harapan Filipina agar AS membantu mereka langsung saat mereka berkonfrontasi itu masih tanda tanya, karena AS tidak akan mudah turun dalam konflik," kata Rizal di Jakarta, Kamis (31/5).

Menurut Rizal, hal itu juga diperkuat dengan sikap AS yang sudah mengukuhkan komitmennya untuk tidak mencampuri urusan konflik di Laut China Selatan selama jalur pelayaran yang menghubungkan akses perdagangannya tidak terganggu. "Posisi AS di Laut China Selatan masih 'correct' dimana dia meminta negara-negara di kawasan untuk menjamin kebebasan bernavigasi," ujarnya.

Filipina, selain mengharapkan dukungan dari AS, juga membawa masalah Laut China Selatan ke Mahkamah Internasional dengan acuan Konvensi Hukum Laut PBB (UNCLOS).

Negara pimpinan Presiden Benigno Aquino III ini juga menggencarkan diplomasinya di Perhimpunan Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) untuk mendapat dukungan di Laut Cina Selatan. Menurut Rizal, hal itu merupakan bagian dari multijalur diplomasi yang diupayakan Filipina, untuk menandingi Cina.

Di tengah situasi yang terus menegang di Laut Cina Selatan, dan upaya perwujudan Kode Tata Berperilaku (CoC), negara-negara di kawasan Asia Tenggara khawatir dengan eskalasi ketegangan antara Filipina, dengan Cina jika berujung pada konflik yang lebih luas.

Masalah Laut Cina Selatan ini juga dinilai mejadi kerikil untuk Cina yang ingin membangun citra sebagai negara yang maju pesat dan mengutamakan kedamaian.

Namun, di sisi lain, berkembangnya Cina ini juga menjadi tantangan untuk AS dan perlu menjadi sorotan negara-negara di kawasan, karena dikhawatirkan potensi rivalitas kedua negara muncul di Laut China Selatan dalam bentuk yang lebih luas.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement