REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Kabupaten Sumbawa Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat, menghasilkan kopi luwak berkualitas tinggi yang sentra produksinya tersebar di Rarak Runges Kecamatan Brang Ene dan Dusun Mataiyang, Kecamatan Brang Rea.
Kepala Dinas Kehutanan Perkebunan dan Pertanian Kabupaten Sumbawa Barat, Muslimin HMY, yang dihubungi dari Mataram, Jumat (31/5), mengatakan di Desa Rarak Ronges, luwak atau musang memakan biji kopi di kebun penduduk. "Biji kopi yang dimakan dan kemudian dikeluarkan bersama kotoran hewan mamalia ini banyak dijumpai di kebun warga. Biji kopi tersebut kualitasnya tinggi karena sudha tua," katanya.
Ia mengatakan, luwak atau musang (Paradoxurus Hermaphrodirus) merupakan satwa pemakan daging. Selain itu jenis satwa ini juga menyukai buah- buahan seperti pisang, pepaya, jambu dan buah kopi. Menurut Muslimin, produksi kopi luwak ini rata-rata 100- 500 kilogram per tahun. Kendati relatif sedikit, namun pemerintah Sumbawa Barat mulai mengembangkan produksi biji kopi tersebut di wilayah perkebunan lain, seperti di Mataiyang.
"Saat ini sudah ada dua unit usaha industri pengolahan komoditas perkebunan dengan memanfaatkan bantuan mesin pengolah kopi dari Kementerian Kehutanan melalui Dirjen Pengembangan Produksi," ujarnya.
Di Rarak Runges luas lahan yang cocok untuk perkebunan kopi jenis robusta sekitar 600 hektare lebih dan di Mataiyang luasnya mencapai 150 hektare. Menurut dia, Desa Rarak Ronges yang berada pada ketinggian 700 meter di atas permukaan laut merupakan sentra produksi kopi di Sumbawa Barat.