REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketidakpastian rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi telah membuat ekpektasi inflasi menjadi tidak terkendali.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance, Eko Listyanto mengatakan masyarakat tidak mengetahui dengan pasti kapan harga BBM akan dinaikkan.
Jadi atau tidaknya harga BBM dinaikkan pun bergantung pada disetujui atau tidaknya program kompensasi dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (RAPBNP) 2013 yang diajukan pemerintah disetujui DPR.
"Situasi di masyarakat saat ini harga-harga telah mengalami kenaikan," ujar Eko kepada Republika, Ahad (2/6).
Kenaikan harga pada satu komponen, menurut Eko, akan diikuti kenaikan komponen lainnya. Ketidakpastian ini pun telah mengakibatkan timbulnya perilaku mencari rente di kalangan masyarakat.
Hal tersebut ditandai maraknya penimbunan premium maupun solar di sejumlah daerah. Khusus untuk dampaknya kepada petani, Eko menyebut pengaruh ketidakpastian ini dapat dilihat dari komparasi nilai tukar petani (NTP) dan inflasi.
NTP per April 2013 sebesar 104,55 tidak sebanding dengan laju inflasi yang telah mencapai 5,57 persen year on year pada bulan yang sama. "BLSM sekalipun tidak mampu mengompensasinya," kata Eko.
Sementara bagi nelayan, Eko mengatakan tingkat kesejahteraan akan semakin menurun. Terlebih, operasional dalam melaut relatif tertekan akibat kenaikan harga solar. "Bagi nelayan, peranan solar sangat besar," ujar Eko.
Jika nantinya kenaikan harga BBM dieksekusi pemerintah, Eko mengatakan masyarakat berpenghasilan tetap akan terkena dampaknya. Tapi dalam konteks masyarakat Indonesia, dampak terbesar akan melanda petani dan nelayan yang jumlahnya sekitar 103 juta orang dari total 240 juta penduduk Indonesia.
"Tanpa kenaikan harga BBM pun mereka sudah miskin," katanya menegaskan.