REPUBLIKA.CO.ID, TURIN -- Sekitar enam dekade silam, tepatnya 4 Mei 1949, Italia berduka. Salah satu tim terbaik yang pernah ada di Italia mesti berakhir tragis. Seluruh tim dan offisial Torino tewas dalam kecelakaan pesawat yang terjadi di bukit Superga, pinggiran Kota Torino.
Kecelakaan tersebut menewaskan 31 orang, yang terdiri dari 18 pemain Torino, lima staff kepelatihan termasuk pelatih asal Inggris, Leslie Lievesley, tiga orang jurnalis. empat kru pesawat, dan seorang petugas event organizer.
Pesawat naas itu menabrak dinding bagian belakang Gereja yang berada di puncak bukit Superga. Saat itu, tim baru pulang dari Lisbon usai melakoni laga uji coba kontra Benfica. Laga itu merupakan laga perpisahan salah satu legenda Benfica, Xico Ferreira.
Pada saat itu, Torino merupakan tim terkuat di Italia. El Toro, julukan Torino, menjadi pemegang empat titel Liga Italia berturut-turut, yaitu sejak 1946-1949. Bahkan, akibat kehebatan itu, tim itu dijuluki Il Grande Torino (Torino Terbesar).
Tidak hanya Torino, timnas Italia pun mendapat pukulan berat akibat kecelakaan tersebut. Para penggawa Torino itu merupakan andalan di Gli Azzurri. Pernah dalam satu laga uji coba, kala melawan Hongaria, 11 Mei 1947, sepuluh pemain Italia yang diturunkan adalah pemain Torino. Hanya kiper saja yang berasal dari Juventus.
Faktor utama penyebab kecelakaan itu, menurut pihak otoritas Italia, adalah cuaca yang buruk, kurang baiknya sinyal radio, dan kerusakan mesin navigasi pesawat tersebut. Satu-satunya pemain Torino yang selamat adalah Sauro Toma. Dia tidak ikut dalam lawatan ke Lisbon lantaran mengalami cedera.
Padahal, sebelum insiden itu terjadi, Torino tengah memimpin Liga Italia dan tinggal menyisakan empat pertandingan lagi. Terpaksa, dalam empat laga terakhir itu, El Toro menurunkan pemain-pemain lapis kedua.
Untuk menghormati mereka, lawan-lawan yang mereka hadapi juga menurunkan tim lapis kedua. Hasilnya, Torino berhasil menang di empat laga tersebut dan merengkuh trofi Scudetto kelimanya secara berturut-turut.