REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Pembiayaan perdagangan memberikan peluang baru dan menjadi pilihan yang lebih disukai di pasar negara berkembang seperti Turki, Indonesia, Malaysia, Qatar, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab. Pasar ini berhubungan kuat dengan inti pasar keuangan syariah lainnya.
"Perdagangan akan tumbuh di pasar-pasar negara berkembang dan menciptakan berbagai peluang baru," kata Kepala Industri Keuangan Timur Tengah dan Afrika Utara (MENA) Ernst & Young, Gordon Bennie seperti dikutip AME Info, Selasa (4/6).
Mitra Global Islamic Banking Center of Excellenc di Ernst & Young, Ashar Nazim mengatakan apabila peningkatan arus perdagangan di negara-negara berkembang dikombinasikan dengan meningkatnya minat keuangan syariah, berarti pembiayaan perdagangan menjadi alternatif serius. Ini tantangan para pelaku bisnis untuk mengantisipasi dan menafsirkan bagaimana perdagangan global berubah. Bagi negara maju, hal itu juga akan menguntungkan karena ekspor ke pasar negara berkembang menjadi sumber meningkatnya pertumbuhan.
Pertumbuhan negara-negara Timur Tengah lebih cepat dalam permintaan sektor jasa keuangan seperti perbankan dan asuransi. "Tumbuh perekonomian dan berkembangnya kelas akan menawarkan kesempatan baru bagi perdagangan," ucapnya.
Meningkatnya permintaan jasa keuangan mencerminkan tingkat kekayaan meningkat. Menurut Nazim, skala tingkat perubahan dan arah perdagangan yang baik akan berdampak besar pada lingkungan kompetitif semua perusahaan. Perdagangan akan semakin berfokus di Asia, Timur Tengah dan Afrika. Ini menunjukkan lokasi geografis utama perusahaan akan berubah.
"Masuk akal jika banyak organisasi global yang beroperasi di negara-negara dengan pertumbuhan perdagangan cepat, misalnya saja Organisasi Kerjasama Islam (OKI)," katanya. Pasalnya OKI ataupun organisasi lain serius melihat potensi pembiayaan perdagangan.
Untuk bersaing di pasar secara efektif, lembaga keuangan syariah perlu menyelaraskan operasinya dengan praktik pembiayaan perdagangan global. Harus ada pemahaman jelas tentang bagaimana lembaga keuangan syariah dapat menambah nilai bisnis dalam fungsi perdagangan mereka.
Meski di pasar negara berkembang persentase populasi Muslim tergolong tinggi, namun konversi ke pembiayaan perdagangan tidak akan berhasil tanpa kerangka aturan yang jelas. Lembaga keuangan syariah perlu mempertahankan kemampuan melayani pasar berkembang.
Saat ini permasalahan kurangnya sumber daya insani berpengalamanan perlu ditangani untuk mempercepat pertumbuhan industri. Bank-bank syariah perlu membangun konektivitas internasional dan platform pembiayaan perdagangan yang dapat terhubung dengan bisnis dan lembaga keuangan di luar batas kenegaraan. Ini bisa menjadi tantangan mengingat kecilnya ukuran dan sifat lokal bank syariah.
"Jalan menuju pembiayaan perdagangan bukanlah tanpa hambatan. Tetapi jika menggunakan kesadaran inisiatif dan kerangka yang benar, maka akan terus tumbuh," ujar Nazim.
Pasar Timur Tengah dan Afrika Utara akan mampu memperkuat fokus perdagangan mereka pada populasi Muslim yang berkembang. Inisiatif ini memiliki potensi signifikan meningkatkan nilai dan volume perdagangan pasar-pasar berkembang. "Ini adalah kesempatan yang tidak boleh diabaikan," kata Nazim.