REPUBLIKA.CO.ID, President Barack Obama berencana mengatakan kepada timpalannya dari Cina, Xi Jinping untuk mengatasi aksi mata-mata dan peretasan siber dengan target AS yang berasal negeri tirai bambu tersebut. Rencana itu bagian dari agenda pertemuan mereka pekan ini.
Laporan resmi dan komersial baru-baru ini dan kajian menyebut terjadi pencurian data militer AS dan rahasia sejumlah perusahaan sehingga keamanan siber menjadi agenda utama perbincangan pada Jumat dan Sabtu akhir pekan ini.
"Kami meyakini bahwa semua bangsa harus mentaati norma internasional dan memastikan aturan jelas bila terkait keamanan siber," ujar pejabat AS kepada reporter seperti dikutip AFP Selasa (5/6).
"Itu berarti bila ada ancaman siber yang muncul dari dalam negara lain yang berisiko terhadap bisnis di AS, kita akan membahasnya," ujarnya.
"Dan kita juga akan melakukannya dengan Cina, seperti halnya ketika kita berkeras agar negara lain juga bertanggung jawab."
Kedua negara jelas berharap pertemuan tingkat tinggi, pertama kali di tingkat presiden antara Obama dan Xi, bisa meredam ketegangan dan kecurigaan satu sama lain. Meski percakapan mengenai spionase dan peretasan siber dipastikan bakal alot.
Duta bear Cina untuk Amerika Serikat, Cui Tiankai, mengisyaratkan bahwa Xi juga akan bersikap ofensif terhadap isu tersebut dalam perbincangan.
"Sejumlah besar komputer Cina, perusahaan Cina dan agen pemerintah Cina juga diserang beberapa kali oleh peretas," ujar Cui kepada majalan Foreign Affairs.
"Bila kita melacak serangan ini, mungkin beberapa dari mereka atau bahkan sebagian besar beradal dari Amerika Serikat," ujarnya.
"Namun kita tidak dalam posisi mengambil kesimpulan bahwa serangan tersebut disponsori atau dibekingi oleh pemerintah Amerika Serikat. Sungguh tidak bertanggung jawab membuat klaim semacam itu."
Untuk meredakan tekanan dan membuat terobosan dalam spionase siber, masalah yang mengusik hubungan antara AS dan Cina, kedua pihak menjadwalkan pembahasan kelompok kerja mengenai topik tersebut pada Juli.