REPUBLIKA.CO.ID, VATIKAN--Paus Fransiskus pada Rabu (5/6) mendorong upaya masyarakat antarbangsa mengadakan muktamar perdamaian Suriah, yang sangat dinantikan. Paus juga menyerukan bantuan kemanusiaan lebih besar bagi pengungsi.
"Dalam beberapa pekan terakhir, masyarakat antarbangsa menegaskan niatnya untuk mewujudkan pembicaraan guna mengakhiri perang itu," katanya.
"Gagasan itu harus didukung dan diharapkan mengarah ke perdamaian," kata Paus dalam pertemuan dengan kelompok bantuan Katolik, yang bekerja dengan pengungsi di
Suriah dan kawasan tersebut.
Diplomat Amerika Serikat, Rusia dan Perserikatan Bangsa-Bangsa bertemu di Jenewa pada Rabu untuk merencanakan muktamar perdamaian antarbangsa untuk mempertemukan pemerintah Suriah dan lawannya guna merundingkan pengakhiran perang, yang telah menewaskan 94.000 orang.
Dalam rencana semula, pembicaraan itu diadakan pada awal bulan ini -untuk membuat persetujuan, yang ditandatangani di Jenewa pada 30 Juni- ditunda hingga Juli, di tengah perbantahan tentang daftar tamu dan acaranya.
"Dalam menghadapi kekerasan luar biasa saat ini, saya sangat menekankan lagi imbauan akan perdamaian," kata Fransiskus. Seruan itu disampaikan di tengah peningkatan kekhawatiran atas dugaan penggunaan senjata kimia di Suriah, seperti, gas sarin.
"Masyarakat antarbangsa, selain mengupayakan perundingan penyelesaian kemelut itu, saya minta penyediaan bantuan kemanusiaan untuk pengungsi dan yang telantar serta rakyat Suriah, yang kehilangan rumah," tambahnya.
Paus asal Argentina itu mendorong kelompok bantuan Katolik terus membantu rakyat Suriah tanpa memperhatikan suku atau agamanya dan menyatakan Tahta Suci berupaya membangun masa depan damai bagi Suriah, tempat setiap orang dapat hidup bebas.
"Semoga kalian semua di sini memberitahu rakyat Suriah tercinta dan Timur Tengah bahwa Paus menyertai dan dekat dengan mereka. Gereja tidak akan meninggalkan mereka!" katanya.